Lihat ke Halaman Asli

Sekedar Mencatat

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sesal

Aku masih disini duduk sendiri bernaung sayap malaikat yang terusir dari firdaus-Mu

Dia berbisik arif membuat ku hayut dalam samudranya tak bertepi...

Lalu terdampar di pulau khayalnya.....

~

Ketika sadar hanya rona-rona kealpaan yang mendera...

Lalu Kuteriakkan marahku pada batu cadas egoku

Namun Hanya kebisuan yang beranak sesal didapat

Kularikan semuanya kesemenanjung ratapku

Barangkali disana masih ada perahu asa yang singgah menanti....

Dan ......

dalam ketiadaan aku pada-Mu

Malang 22/09/2010

INGIN BEBAS

Di titik ini akuhancur berkalang debu

Namun terkadang manisnya delimamu mewakilkan sesuatu

Kemudian puing-puing kalbu yang remuk seakan kembali menyatu

Tapi aku sadari itu hanya fatamorgana ,semu,palsu!

~

Kemarin sampaidititik ini sekarang bagiku sama

sesat,buta dan tuli dengan semuanya

Aku sesat karena menginginkanmu,buta karena sinarmu dan tuli karena suaramu

Tapi aku tidak tahu apakah kau juga dititik ini pula?

~

Nyata?

Bermimpi saja aku butuh keberanian

Terserah Mulai detik ini kebebasan adalah jiwaku dan kemerdekaan adalah hakku.

Malang 28-9-2010

Untuk Nora

Nora bagaimana kabarmu pagi ini?

Masihkah tetap merinduiku?yah ,,,tentu saja setelah merinduiNya

Sudahkah kau benamkan jiwamu kepada pemilik jiwa

Atau Sudahkah kau sebut namaku kepadaNya?

Nora mafhumkah dikau?

Di setiap belaian titipan nafas ku ini

Ada sejarik rindu yang terbenam dalam bilik kalbu

Yang menjadi raja dan mengkudeta jiwaku

Nora tahukah dikau ?

Saat melihat pelangi dilangit normalku

Mengapa kau selalu berada dalam alam tak sadarku

Ini bukan kegilaan! ini hanya kebimbangan !

Nora lihatlah!

ku rajah namamu disetiap mili centi hati

Hingga tiada ruang nama selain namamu

Tiada bahasa rindu selain rinduku padamu

Dan tiada cinta selain selain cintaku padamu

Malang

Dikebiri tuhan?

Dilabuan ini anginlah yang mengantarkan sampanku  terdampar,tak ada pesta penyambutan  ada tamu walau sekedar secenti gerak bibir alamat senyum anak manusia.Alienkah aku?ah tidak mungkin ini hanya memory kusut yang tiba-tiba terputar serampangan, semua orang pasti pernah merasakannya bukan?tapi tidak ini nyata ! sungguh aneh semua orang larut dipetak dunianya sendiri tampa emosi mungkin juga tampa cinta.kugilas batu kerikil susuri lorong jengkal-demi jengkal  labuan masam tak ada warna ini bisik hati barang kali malaikat senyum sudah pesiun disini….

Di ujung lorong tepatnya bangunan reot kusam  tak bertuan termakan amarah alam  ku  taruh sendi-sendi kaki tuk rehat dari dekapan beliung bingung kepalang perjalan panjang ini.hati berdesir dalam munajat kecil “semoga hanya aku yang bermimpi seperti ini,seakan masih tak percaya.

Aku lanjutkan  perjalan durjana ini,tak di nyana daerah itu hanya secuil gambaran muram bentang gambar di depan tanah mengiba hujan hutan tunggang langgang dikejar–kejar  sungai ugal-ugalan tak tau aturan singa-singa pun punya banyak saingan.di sini,di sana dan dimana-mana HAMPIR semua di kebiri tuhan.....

Malang 15/2/2010

Celoteh sajaku

Kau bungkam mulutku dengan pesonamu

Tapi tidak dengan sajak-sajakku

Sajakku akan terus bernyanyi mengalun dalam irama isyqi

Sajakku akan terus berdendang walau dalam irama sumbang

Sekali lagi tidak dengan mulutku...

Malang 07/03/2011

The Story

Masih lekat di memory

awal bertemu

berbaju putih duduk disampingku

entah siapa namamu ? dari mana asalmu?

Mulai saat itu pertayaan tentangmu beruntun menghujam

Menghukum nalar menggoda nurani…

Aiihh ..Membangun mimpi

Sekarang…

Sudah tidak ada seluit wajahmu singgah dipojok pelupuk mata

Kau akan pergi ...

menyisahkan gambar kusam di hati

Sejak awal sampai sekarang bagiku masih sama saja

Nyatanya Sebagian besar deru ilir nadiku hanya formalitas ketidakbermaknaan senyampang menuggu giliran . Malang 03/05/2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline