Lihat ke Halaman Asli

Sektor Pertanian sebagai Strategi Membangkitkan Ekonomi di Masa Pandemi

Diperbarui: 4 Juli 2022   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dampak penyebaran virus covid-19 di Indonesia beberapa tahun belakangan menyebabkan terpuruknya ekonomi. Situasi perekonomian di Indonesia memburuk akibat pandemi covid-19 yang mengharuskan pemerintah menyalurkan dana kepada masyarakat terdampak pandemi covid-19. Namun, perilaku masyarakat yang abai terhadap kasus virus covid-19 menjadi ancaman besar bagi kebangkitan ekonomi di Indonesia. Hal tersebut karena pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor menjadi terkendala, termasuk barang ekspor dan impor yang harus tertunda. Perkembangan ekonomi mulai dari sektor perkebunan, perdagangan, bahkan pertanian juga menjadi terhambat.

Perekonomian di sektor pertanian menjadi salah satu korban virus covid-19. Beberapa hasil pertanian dan kebutuhan pangan tidak dapat diimpor dari luar negeri. Sedangkan pertanian Indonesia tidak dapat menjamin atas terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat Indonesia serta permintaan bahan pokok hasil pertanian untuk keperluan bantuan sosial dari pemerintah kepada masyarakat terdampak covid-19. Lahan pertanian di Indonesia sebenarnya sangat luas, tetapi hasil panen yang dihasilkan setiap tahunnya semakin tergerus oleh iklim yang tidak menentu.

Menyoroti Lahan Pertanian di Indonesia

Lahan pertanian adalah media dalam usaha pertanian yang dipergunakan untuk produksi tanaman pertanian. Sejak dulu, Indonesia memiliki hasil pertanian yang melimpah, misalnya kedelai, padi, kacang tanah, jagung, dan ubi-ubian. Di samping itu, terdapat hasil pertanian tanaman perdagangan, seperti teh, kina, kopi, karet, cengkeh, tebu, dan lainnya

Menurut Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertanian Indonesia, pada 29 April 2021 dalam rapat kerja dengan DPR RI menyatakan bahwa terdapat peningkatan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian menurut data dari BPN (Badan Pertanian Nasional). Pengalihan fungsi lahan diubah menjadi lahan industri dan pembangunan jalan. Lahan pertanian yang semakin hari semakin menyusut akan memberikan kerugian bagi pembangunan industri pertanian Indonesia. Perlu adanya perubahan skala prioritas dan strategi program pembangunan di tengah iklim perekonomian dunia yang tidak pasti.

Penyusutan lahan pertanian telah terjadi selama lebih dari 10 tahun. Mengacu pada data BPJS tahun 2010, lahan pertanian di Indonesia saat itu diperkirakan hanya memiliki luas 9.295.385 ha, sedangkan jumlah penduduk Indonesia mencapai sekitar 237,6 juta jiwa. Setelah 10 tahun kemudian, yaitu pada tahun 2020, jumlah penduduk di Indonesia berdasarkan data BPS mencapai 276.647.735 jiwa dengan lahan hanya sebesar 7.463.948 ha, serta produksi beras sebesar 31,33 juta ton. Hal tersebut berarti produksi beras perlu ditingkatkan dari porsi saat ini jika ingin mengurangi ketergantungan impor.

Kenyataannya, petani banyak dirugikan karena hasil panen yang semakin hari semakin berkurang, ditambah harga beras yang dipatok oleh pemerintah sering turun. Pada juni 2021 lalu, banyak petani mengeluh dengan adanya hama yang mengakibatkan hasil panen kurang memuaskan serta harga beras menjadi turun. Hal tersebut berdampak pada perekonomian masyarakat petani yang hanya mengandalkan hasil panen sebagai biaya hidup sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi yang matang untuk menunjang pertumbuhan ekonomi melalui sektor pertanian di Indonesia, termasuk menindaklanjuti lahan-lahan pertanian yang dijadikan industri dan bisnis pribadi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Strategi Menumbuhkan Ekonomi Indonesia melalui Sektor Pertanian

Direktur INDEF (Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance), yaitu Tauhid Ahmad menilai bahwa sektor pertanian dapat tumbuh positif dan memiliki kontribusi baik dari berbagai segi, misalnya dari segi kinerja ekspor, growth, tenaga kerja, dan pengurangan kemiskinan. Bahkan berdasarkan data BPS, sektor pertanian termasuk satu dari tujuh sektor yang mampu tumbuh positif. Sedangkan 10 sektor lainnya pertumbuhannya mengalami kontraksi. Dalam struktur PDB Indonesia, kontribusi sektor pertanian cukup besar, yaitu sebesar 13,7%. Menurut penelusuran penulis, sektor pertanian tahun 2021 berhasil tumbuh positif sebesar 1,75% dibandingkan pada tahun 2020 yang berkontraksi sebesar 2,07%. Kemudian selama pandemi, kegiatan ekspor pertanian menunjukkan kinerja yang positif, yaitu sebesar 14,03%, meskipun jika berdasarkan total ekspor nasional mengalami penurunan sebesar 2,61%.

Untuk menunjang pertumbuhan sektor pertanian di masa pandemi ini, penulis menawarkan tiga strategi yaitu: Pertama, tidak mengabaikan risiko terpaparnya virus covid-19 pada masyarakat yang bergelut di sektor pertanian dan pedesaan. Meskipun sektor pertanian diproduksi di lahan yang relatif cukup luas dengan area kepadatan rendah, risiko paparan covid-19 tetap tinggi. Banyak masyarakat pedesaan abai terhadap protokol kesehatan karena kurangnya kesadaran dan tingkat pendidikan yang rendah di kalangan masyarakat yang bekerja sebagai petani. Hal lain yang menjadi sorotan adalah kondisi geografis di pedesaan yang terpencil, membuat fasilitas kesehatannya kurang memadai untuk menangani pasien yang terpapar virus covid-19, terutama bagi petani yang rentan terhadap virus ini seperti lansia antara usia 45-60 tahun.

Kedua, sektor pendukung pertanian seperti sektor transportasi dapat dimasukkan ke dalam perlakuan khusus. Solusi ini dapat memudahkan penyaluran produk dari sektor pertanian menuju pasar. Selain itu, sektor-sektor yang mengangkut input, seperti bahan baku, alat-alat berat dan mesin yang dibutuhkan dalam produksi pertanian juga harus diutamakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline