Lihat ke Halaman Asli

Lusy Mariana Pasaribu

Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Balada Perempuan Itu

Diperbarui: 16 Maret 2024   05:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

@kulturtava

Cuaca yang sedang menghampiri perempuan itu hujan deras pun akan disertai badai kencang. Ia kehilangan kepercayaan, rapuh. Ini bukan lagi tentang disabilitas, ini lebih dari itu.

Entah apa lagi yang harus perempuan itu lakukan?

Tersudut walau bukan karena taburan yang ia perbuat. Tak mampu bersuara, hanya menangis di dalam kamarnya yang sempit lagi pengap.

Lingkaran di mana perempuan itu berada, adalah dunia yang penuh dengan tipu.

Sisa hari ini terlalu panjang untuk dilewati, perempuan itu penuh dengan banyak ketakutan. Ia tak pernah ingin menjadi seperti ini, terlebih bukan sejak lahir menjadi anak berkebutuhan khusus. 

Kini, untuk berdiri apa lagi berlarian saja ia tidak lagi mampu. Ada banyak luka di perempuan itu, tapi tidak akan ada yang peduli. Tak ada yang pernah terasa mudah untuk ia. Boom, banyak ledekan, ledakan, kisah yang tidak pernah boleh keluar dari dirinya.

Bagaimana dengan esok hari? Hari yang seharusnya ia dirayakan, sepertinya semua hanya nol untuk perempuan itu. Ia kelaparan bahkan kehausan kasih juga penerimaan. Apakah akan ada cinta yang tersesat untuk ia di kemudian hari? Ah, entahlah.

Ia sudah terlalu lelah, namun untuk bercerita saja tak memiliki tempat untuk itu. Ini adalah balada perempuan itu, berharap esok ia akan baik-baik saja, setidaknya satu hari saja, hari di mana ia harus dirayakan.

***

Rantauprapat, 15 Maret 2024

Lusy Mariana Pasaribu 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline