Lihat ke Halaman Asli

Seperti Lumpur di Jalan

Diperbarui: 17 April 2023   19:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

@kulturtava

Parah, berantakan, seperti lumpur di jalan, tak berharga. Berulangkali berjanji dan berulangkali ingkar. Mau menjadi seperti apa? Dengan mudah kompromi terhadap kamalangan.

Basah, sentuhan demi sentuhan liar yang mematikan dibiarkan merajai. Tak akan mampu menjadi pohon anggur yang riap tumbuhnya. Layu oleh angin timur dan barat. Tak mampu melawan godaan.

Perempuan, pria, dan hasrat yang gagu. Plin plan, kebablasan yang tidak terelakkan. April yang basah. Entah apa yang dimau, hanya kenikmatan semu. Seusai kemalangan, hanya patah hati yang ada.

Tanpa suara, senggugukan seorang saja, diabaikan. Menangis tak menyelesaikan masalah. Adakah jalan kembali? Atau dibiarkan mengeras pun membatu.

Seperti lumpur di jalan, diinjak. Begitulah kisah hari ini, panas dingin, terang gelap, hidup mati, mati hidup, tak jelas, gamang, carut marut. Hu!

Penyesalan yang tidak termaafkan!
Mengapa tidak mengasihi diri sendiri ?
Tidak mempedulikan diri sendiri!

***
Rantauprapat, 17 April 2023
Lusy Mariana Pasaribu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline