Lihat ke Halaman Asli

Lusy Mariana Pasaribu

Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Aduh! Celakalah Aku!

Diperbarui: 5 Agustus 2022   19:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

@kulturtava


Yang kesekian kali, aku malas dengan kehidupan. Menggerutu. Menikmati umpatan yang keluar demi kepuasan diri. Rencana merinci tenang teduhku menjadi gagal. Aku seolah speech delay hari ini. Menutup diri. Aduh! Celakalah aku!

Hari ini aku ditelanjangi kemarahan, patah dan menyedihkan. Memperkeruh suasana hati yang sudah keruh. Sentuhan demi sentuhan liar, kubiarkan. Problematika otomatis terjadi. Hal-hal yang sudah kupahami, lagi-lagi tidak dihidupi. Tak sanggup kugenggam awareness. Tidak hati-hati dengan rayuan. Membebastugaskan logika.

Aduh! Celakalah aku hari ini!  Ketika aku tersesat di sudut kehilangan, malah dipermainkan waktu yang luang, sepi dan sunyi. Tak sengaja, tak sengaja, dan tak sengaja. Bukan, bukan,  yang sungguh terjadi adalah hasrat hampa dan kata abu-abu. Tidak hitam tidak putih.

Ada apa antara kemarahan, ketidakhati-hatian dan aku? Tidak pernah terlintas di duniaku, agar aku menjadi sosak yang mencuri perhatian, entah apa yang dimau dariku. Apa aku seperti nada yang memikat? Mungkin aku terlalu terburu-buru menanggapi apa yang kulihat, kudengar, dan yang kurasakan dengan kemalangan. Barangkali otakku kutinggalkan di entah. Terlalu overthinking.

Do and don't,  aku ada di kebimbangraguan. Pasrah, lebih condong pada kata bodoh sebenarnya. Sudah tak terbilang kata goodbye terucap baik secara lisan maupun tertulis, yang ada berujung pada omong kosong. Dilanggar dan diingkar. Tidak berkualitas. Tidak bisa kumengerti. Tidak bersyukur. Kerinduan untuk mencintai diri sendiri dan berbenah, tak lagi terealisasi, dipenjarakan senyi senyap. Aduh! Celakalah aku! Jika terlalu lama diam dan takluk terus-menerus pada keinginan-keinginan yang bukan inginku.

Aduh! Celakalah aku! Karena merumitkan diri sendiri, ibadahku menjadi sia-sia. Hampa! Ya, sepatut dan seharusnya aku berubah jika masih memiliki kesempatan untuk hidup.

***
Rantauprapat, 05 Agustus 2022
Lusy Mariana Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline