Anda berkata pada perempuan itu : Belajarlah dengan akal. Berbuatlah, dengan hati. Banyaklah beramal. Jadilah manusia berbudi. Harta bukanlah harapan, tapi hidup harus berpedoman. Lucunya, hampir dua tahun mengenal, perempuan itu tidak mengetahui nama anda. Anda seperti seseorang tanpa nama.
Well, seperti apa yang anda katakan, perempuan itu ingin menghidupi hal demikian, di musim-musim hidup yang ia punya. Sebab yang anda katakan merupakan pegangan hidup yang bijak.
Perempuan itu ingin anda. Menjadikan rumah. Menjadi pegangan hidup. Yang dirasakan, anda memperlakukan ia dengan baik. Walau sulit, perempuan itu harus mampu berkata pada diri, siap laksanakan untuk tidak terlalu berpikir keras. Kenyataan akan buruk jika terus melakukan itu, perempuan itu sudah lama sakit dan akan terus menderita seorang diri.
Seseorang yang tidak memiliki nama seperti anda, ingin perempuan itu cepat sehat. Apa lagi perempuan itu, ia lebih-lebih ingin hal itu. Sudah terlalu lama dan lelah ia dengan keterbatasan, sehat tapi sakit, sakit tapi sehat. Aneh bukan.
Anda dan perempuan itu seperti hilang tapi ada. Berada dalam ketidakpastian. Namun, pandangan hidup bijak yang anda katakan merupakan hal yang beraroma manis untuk perempuan itu. Seperti perempuan itu yang telah memilih jatuh pada kebaikan anda, bak kekasih walau hanya dalam diam.
Apakah, anda dan perempuan itu akan menghidupi bersama pegangan hidup bijak itu? Ah, entahlah. Pertanyaan yang mudah, namun memiliki jawaban yang sulit untuk diterjemahkan.
***
Rantauprapat, 04-05 Februari 2022
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H