Pernah bukan berarti masih jatuh cinta pada anda!
Tak ada lagi kesediaan untuk menerima. Cukup, perempuan itu sudah lama berhenti. Dan ada sisi baik berhenti dari anda, mengurangi rasa sakit.
Kemudian, anda yang meluangkan waktu untuk memasuki wilayah perempuan itu. Saat ia bertanya, lalap itu yang anda jawab dan katakan. Perempuan itu sesungguhnya tidak pernah bermaksud mengusik, andalah yang terlalu ketus. Lagi, meninggalkan rekam jejak yang payah.
Pada akhirnya, tentang suatu hari yang lain. Tidak ada berita untuk itu. Itu harapan yang tidak boleh lagi diharapkan. Sepertinya dahulu pun, anda tidak pernah tulus. Perempuan itu saja yang keliru, meletakkan kebahagiaan pada anda.
Perempuan itu benar-benar marah pada anda. Ia, diajarkan memaafkan tapi kali ini sikap ketus anda, membuat perempuan itu terbawa emosi yang berlebihan. Sial bagi perempuan itu, ia pernah menulis puisi manis untuk anda. Ternyata itu hanya imanjinasi perempuan itu. Hanya omong kosong belaka.
Setelah perpisahan yang disepakati, kali ini tanpa airmata ratapan. Perempuan itu teguh menyakini, tentang suatu hari yang lain. Itu tak akan pernah menjadi nyata antara ia dan anda. Jika kemudian, anda kembali memasuki kehidupan perempuan itu, ia akan mewaspadai perasaan yang hadir. Berhati-hati, takut baper yang kebablasan merasuk secara langsung.
Perempuan itu tidak lagi ingin menjadi Ikan yang terperangkap dalam jala yang mencelakakan karena anda. Karena antara anda dan ia, tidak ada cinta yang benar-benar benar. Anda dan perempuan itu adalah ketidakpastian yang sempurna.
***
Rantauprapat, 13 Agustus 2021
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H