Lihat ke Halaman Asli

Lusy Mariana Pasaribu

Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Diam Tak Bersuara, Tersisa Kerapuhan

Diperbarui: 9 Februari 2021   00:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

@kulturtava


Teruntuk A!

Februari dalam tujuh hari, penuh tanda tanya. Terdapat ketidakpastian yang sempurna. Kau bilang, aku laki-laki, tapi kenapa aku yang malah diam tak bersuara. Aku hanya diam, entah harus menjawab apa. Ada penyesalan yang tak termaafkaan. Tersisa kerapuhan.

Pasti. Kau pasti tahu aku kecewa juga terluka, sebab keraguan dan keinginan hatimu yang menurutku bodoh. Apa daya, aku terlanjur membuka hati dan memberi kepercayaan terhadap hati yang payah ini.

Sudah terlalu lama sendiri, tapi kesendirian bukan berarti sebuah kemalangan. Setelah memohon hadirnya cinta. Setelah tak sendiri, tetap saja hati luka dan dapatkan duka. Apakah kali ini, hati akan kembali berkhianat?

Berkali-kali pada waktu yang masih terlalu dini, aku sudah tiduri sepi dan bersimpuh di hening air mata. Aku merasa kalah. Diam tak bersuara, tersisa kerapuhan. Aku ingin kesedihan yang terperangkap dalam mata ini secepatnya kabur.

Hanya kepada keberterimaan, aku ingin mengheningkan cipta. Tentang aku/kau, itu adalah kejadian. Entah kejadian itu akan berlanjut, entah akan terhenti.

Wahai hati, yang memberikan ragu. Sampai kapan, tak akan tegur sapa dalam perbincangan yang berenergi. Aku/kau, pernah memiliki bahagia. Namun, ragu yang ada padamu membuat aku menanggung duka kehilangan. Yang ada. Jeda, berjarak,  dan jauh.

Aku diam tak bersuara. Kau bertanya, ada apa denganmu? Entah, aku tak harus menjawab apa. Dan masa depan yang pernah kuduga, telah membuatku mati. Mati di pekuburan sepi. Aku sunyi. Merasa sepi, aku merindukanmu. Tapi, aku takut. Enggan rasanya untuk bicara.

Sekarang. Aku ingin membatasi hati, entah benar, entah tidak. Terisa kerapuhan, ini perihal keping-keping jatuh cinta. Tentang, riwayat luka dan kebahagiaan. Tentang senyum yang gugur dari bibirmu dan dari bibirku, tentang kegirangan yang melayu.

***
Rantauprapat, 08 Februari 2021
Lusy Mariana Pasaribu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline