Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Malam dan Kejujuran dalam Percakapan yang Berenergi

Diperbarui: 19 Januari 2021   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi via twitter/@kulturtava


Di dalam hatimu, yang tak boleh tersentuh lagi olehku, ternyata masih ada cinta untukku. Kejujuran yang buatku salah tingkah. Dasar payah. Bagai kilatan petir, perasaan ini antarkan rindu pada dirimu. Kenangan masa lalu tak lagi bisa kusembunyikan.

Aku tak pernah mengharap dan menduga, setelah enam tahun menyudahi kisah kita, kejujuran yang seperti itu akan terdengar lagi. Dan di sini, kejujuranmu seperti air gula untuk hatiku. Aku kembali mempersilahkan diriku jatuh pada ingatan tentangmu. Ini sebuah jalan yang tak ada ujung sebenarnya, aku tahu itu. Tapi malam ini aku telah gagal.

Kamu kekasihku, namun itu dulu. Sudah lama berlalu. Ah, hati-hati hati. Aku gagal, percakapan yang tak disengaja malam ini, menjadi percakapan yang berenergi bagiku. Seperti kecupan manis yang pernah kumiliki darimu. Ada pula air mata yang tumpah, mataku basah. Kini, aku menyesal atas keputusanku perihal perpisahan kita. Ahhh, penyesalan yang tidak bisa kusesali lagi.

Ini malam, masih sama. Sendiri, karena pada akhirnya percakapan kita terhenti. Dan dini hari akan datang, pagi akan kembali. Kamu yang tak akan pernah kembali, karena kamu telah lama pergi. Aku menyadari, bahwa kita tidak akan pernah bisa bersama. Entah di suatu masa kapan pun. Karena mencintai cinta orang lain itu tidak akan baik.

Kejujuran dalam percakapan yang berenergi malam ini, mau tak mau aku dejavu. Mengenai hal ini, ada rasa senang di hati. Tapi aku tak ingin berimajinasi terlalu dalam. Aku takut terjebak pada hasrat yang bukan milikku lagi. Dengan ejaan kata yang pasti, aku harus menghidupi bahagia dan percaya bahwa kesendirian tidak selalu membawa kemalangan.

Tapi malam ini, setidaknya aku bahagia. Dan di kamar kecil yang sepi ini, aku perempuan dewasa yang masih payah ini memilih berpuisi. Sekarang, malam ini aku menikmati rindu tapi rindu ini tidak akan kubiarkan memeluk erat-erat hati dan jiwaku. Aku hanya rindu tapi tak ingin kembali. Begitu saja.

***
Rantauprapat, 19 Januari 2021
Lusy Mariana Pasaribu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline