Lihat ke Halaman Asli

Kemarahan yang Tertunduk

Diperbarui: 20 November 2020   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

@kulturtava


Hari ini, tidak ada lengkungan indah di bibir perempuan itu karenamu. Dia kembali kesulitan untuk menerjemahkan tentang dirimu. Terlalu banyak janji yang kamu ingkari. Kamu menyalahkan bara di hati perempuan itu.

Lagi-lagi dirimu menggugurkan kepercayaannya terhadapmu.  Kosakata keraguan seakan paripurna terhadapmu. Perempuan itu tidak berdaya, ingin marah dan membidik dirimu dengan ucapan yang seharusnya kamu tuai. Kamu dengan mudahnya membodohi perempuan itu.

Ah, sayangnya kamu salah satu pemilik hati perempuan itu. Berulang-ulang kamu ingkari kasih tulus yang dia berikan untuk dirimu, berulang kali pula dia menahan diri terhadap dirimu. Terhadapmu, perempuan itu ingin menempuh jalan-jalan penerimaan. Secara sederhana, perempuan itu tunduk dalam cinta yang dia miliki untukmu. Kemarahan yang tertunduk menjadi milik hatinya terhadap kamu, kamu itu salah satu bunyi terindah di dalam dunianya.

Sesungguhnya, kamu itu cerita yang sudah seringkali membuat perempuan itu berada dalam semak belukar. Merasakan kelayuan dan tumpukan debu yang menyesakkan. Faktanya, perempuan itu tetap berharap, akan datang masanya kedegilan hatimu patah. Nuranimu kembali hidup.

Walau perempuan itu rela kehilangan, demi kebahagiaanmu. Perempuan itu mendoakan dirinya sendiri untuk tetap memiliki cinta dan penerimaan yang benar terhadap dirimu. Dia juga berdoa terhadapmu, agar kamu mengerti menghargai cinta dan kepercayaan yang sudah kamu terima.

Ini sesungguhnya perkara hati. Perempuan itu tak ingin ego merajam hatimu terus-menerus. Walau kemarahan perempuan itu tertunduk terhadap kamu, sepatutnya kamu dan ke-akuan yang kamu miliki juga tertunduk malu. Sudahlah, jangan lagi mengurai dusta pada dirinya. Peliharalah kebenaran dan kesadaran di hatimu.

Hingga kamu dan perempuan itu akan kembali tunduk dalam syukur dan menemukan arti rasa cinta karena saling memiliki. Secepatnya hati perempuan itu, tak lagi berselimut kabut nan sendu.

***
Rantauprapat, 20 November 2020
Lusy Mariana Pasaribu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline