Lihat ke Halaman Asli

Gunung Batu Keluputan

Diperbarui: 29 Desember 2020   07:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrtasi via twitter/@kulturtava


Saat waktumu luang dan saat tengah malam, kamu jatuh dan beradu dengan kesadaran. Pori-pori tubuhmu rusuh seakan dillit kabut. Menjahili diri dengan pikiran-pikiran brutal.

Kamu pun berperan sebagai saksi sebuah kedzoliman, bahkan kamu rela menjadi pelaku sebuah kedzoliman. Memenuhi diri dengan kisah tragis yang berlapis-lapis. Menghangatkan tubuh yang gemetaran dengan ratap yang amat rahasia.

Terjerumus terlalu jauh ke dasar kebodohan. Menulis cerita hidup dengan murka dan kehangatan amarah. Lama sudah, kamu melakukan hal bodoh seperti itu. Kamu pernah begitu terpikat dan hal itu menjadi kesukaanmu. Tak ragu melemparkan diri dan terperangkap pada godaan hasrat yang menggoda.

Dalam jeda waktu, kamu mendengar suara yang benar. Suara yang kamu dengar bertanya, maukah kamu kembali membuka mata, merengkuh rasa manis yang seharusnya dan bermakna indah. Dan saat itu, kamu memberi jawab, ya kamu mau untuk kembali.

Jawabmu sudah menempatkan kamu,  berada dalam gunung batu keluputan. Kamu berhenti mengejar hasrat yang berbahaya. Kamu menyaksikan dirimu sendiri memiliki pengendalian diri, saat dosa itu merayu lagi. Kamu sadar untuk bersikap benar, ketika tanpa sengaja kamu berada di taman yang penuh rayuan.

Namun waktu dan realita, mampu merubah suasana dan keyakinan. Kamu berharap, dirimu benar-benar menghambarkan diri dari rasa yang nyatanya tidak sebagaimana adanya,  agar kamu tidak dikudap oleh keangkuhan yang hampa.

Sederhananya, kamu ingin tinggal bersama keberanian yang akan membuat dirimu selalu berada di gunung batu keluputan hingga penutup masa hidupmu selesai. Dan kelakuan serong tidak lagi mengencani duniamu.

Kerinduanmu, setelah berada di gunung batu keluputan, kamu akan mengerti melepaskan diri dari kemalangan. Menginginkan damai sejahtera ada di daerah hidupmu. Sehingga ketandusan tidak menjadi sasaran hidupmu. Menabur dan menuai apa yang semestinya. Ya, kamu akan luput dari nestapa yang tidak terpulihkan.

***
Rantauprapat, 13 November 2020
Lusy Mariana Pasaribu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline