Lihat ke Halaman Asli

Lusy Mariana Pasaribu

Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Puisi sebagai Terapis Diri

Diperbarui: 8 Oktober 2020   07:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

unsplash.com

Dalam kesedihan dan keputusasaan karena merindukan seseorang yang telah lepas dari hatiku. Aku rapuh. Kebersamaan tlah berakhir, rindu ini menyesakkan dan tidak lagi bisa ditahan, parahnya tak akan pernah bisa lagi terdengar olehnya.

Aku goyah, tak mampu lagi berpijak dengan kokoh. Aku perempuan yang kehilangan. Kehilangan sandaran dan buatku menderita. Untuk mendapatkan ketenangan, aku memilih menulis puisi. Aku bisa menangis sepuas-puasnya di dalam kata-kata puisiku.

Puisi sebagai terapis diri untukku, aku bisa mengenang kenangannya melalui puisiku. Semenjak kepergiaan seseorang yang mengisi warna di samudra hatiku, aku hanya ingin mengingatnya. Biarkanlah aku menulis perasaanku yang nyata di dalam puisiku.

Pada hamparan kata-kata yang keluar dari perbendaharaan hatiku, aroma tentangnya akan melekat dengan indah. Mata dan jemariku tak akan jemu untuk melihat dan menulis hal-hal mengenai dirinya, dan menerjemahkan tentangnya ke dalam tulisan-tulisan puisiku.

***
Lusy Mariana Pasaribu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline