Lihat ke Halaman Asli

Lusi Larasati

Mahasiswa UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA

Mengatasi Dampak Pahit Broken Home

Diperbarui: 26 April 2024   20:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengatasi Dampak Pahit Broken Home: Kunci Kesembuhan dan Kebahagiaan"*

Dalam masyarakat modern saat ini, fenomena broken home atau rumah tangga yang terpecah menjadi sebuah kenyataan yang tidak jarang kita temui. Hal ini menggambarkan kondisi di mana orang tua tidak lagi hidup bersama dalam satu rumah tangga, sering kali akibat dari perceraian atau pemisahan yang lainnya. Dampak dari broken home tidak hanya dirasakan oleh orang tua, tetapi juga oleh anak-anak yang menjadi korban langsung dari situasi tersebut.

Dalam banyak kasus, anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan broken home sering mengalami tantangan emosional, psikologis, dan bahkan fisik. Mereka mungkin mengalami perasaan kehilangan, kebingungan, dan rasa sakit karena perpisahan orang tua mereka. Tanpa dukungan keluarga yang utuh, mereka juga rentan terhadap masalah perilaku seperti depresi, gangguan makan, dan gangguan kecanduan.Namun demikian, penting untuk diingat bahwa meskipun situasi broken home dapat menjadi ujian yang berat, bukanlah akhir dari segalanya. Ada langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk membantu anak-anak dan keluarga yang terkena dampaknya.

Pertama-tama, komunikasi yang terbuka dan jujur adalah kunci. Anak-anak perlu merasa didengar dan dimengerti. Orang tua harus menciptakan lingkungan di mana anak-anak merasa nyaman untuk berbicara tentang perasaan mereka tanpa takut dihakimi atau diabaikan. Selanjutnya, mencari bantuan profesional juga sangat penting. Konseling keluarga atau terapi individu dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi semua anggota keluarga untuk memahami dan mengatasi perasaan mereka. Juga, penting untuk mencari sumber daya komunitas yang ada, seperti kelompok dukungan untuk anak-anak dari keluarga terpecah atau layanan sosial yang dapat memberikan bantuan finansial atau dukungan emosional.

Selain itu, membangun rutinitas yang stabil dan konsisten juga dapat membantu anak-anak merasa lebih aman dan terjamin. Ini bisa termasuk jadwal yang teratur untuk waktu bersama dengan setiap orang tua, kegiatan di luar rumah yang menyenangkan, dan kegiatan keluarga yang membangun ikatan.Terakhir, tetapi tidak kalah pentingnya, adalah menjaga hubungan yang positif antara kedua orang tua, meskipun mereka tidak lagi hidup bersama. Mengedepankan kerjasama dan sikap dewasa dalam berkomunikasi dan membuat keputusan bersama mengenai anak-anak dapat membantu menciptakan lingkungan yang stabil dan mendukung bagi mereka.

Dalam menghadapi tantangan broken home, penting bagi setiap anggota keluarga untuk mengingat bahwa mereka tidak sendirian. Dengan dukungan, komunikasi, dan kesediaan untuk bekerja sama, kesembuhan dan kebahagiaan tetap mungkin tercapai. Dengan menjaga fokus pada kesejahteraan anak-anak, setiap langkah yang diambil dapat membawa mereka menuju masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline