Alhamdulillah. Syukur kupanjatkan pada Alloh, karena dengan perantaran bunda Rosmadewi, saya dapat ikuti acara KompasianaNangkring bersama Tanoto foundation yang digagas oleh Sukanto Tanoto di UPI Bandung tanggal 7 Nopember 2014 lalu. Meski saya baru gabung dengan Kompasiana., saya seakan menemukan keluarga yang saya cari-cari selama ini. Pemaparan yang disampaikan oleh nara sumber Rahmat Setiawan (Program Manager Pelita Pendidikan Tanoto Foundation), Dedi Dwitagama (Peraih Guraru Award 2012), Tatang Suratno (Guru salah satu penulis buku “Oase Pendidikan di Indonesia: Kisah Inspiratif Para Pendidik” selama acara berlangsung, membuat greget saya untuk menulis meningkat. Setelah acara selesai, saya mendapat kesempatan untuk ngobrol, walaupun singkat dengan pak Dedi, tapi ini cukup membuat energi menulis saya bertambah.
“Saya sudah mencoba menulis, pak, tapi banyaknya untuk diri sendiri”, saya membuka obrolan.
“Wah, bagaimana kalo bukunya rusak atau hilang?” jawab pak Dedi.
“Saya sudah mulai menuliskannya pak, di laptop saya”, kata saya lagi.
“Bagaimana kalo laptopnya ada yang ngambil, dan ibu gak punya back up”? balasnya lagi.
Saya gak bisa jawab, saya senyum aja.
“Jadi cepat posting bu, di Kompasianaatau ibu membuat blog sendiri. Nanti bisa dibaca banyak orang, dan tulisan ibu inshaAlloh aman dan gak hilang.” p Dedi bicara panjang pada saya.
Ya. Menulis itu ‘sesuatu’ (kalo boleh ngikut kata Shahrini). Karena menulis banyak manfaatnya. Apa manfaat yang dapat kita dapat dengan menulis?
1.Sesuatu yang membuat kita, si penulis merasa eksis.
Dengan menulis, keberadaan kita diakui karena ada karya nyata yang dihasilkan. Ide-ide yang kita sampaikan nantinya bisa kita laksanakan sendiri, atau mengajak orang lain untuk mewujudkannya.
2.Kata Fatimah Mernisi, menulis itu bisa membuat seseorang awet muda (Hernowo, 27).
Ada rasa’plong’ saat ide yang ada di benak kita telah tercurah dalam tulisan, seperti apa pun itu. Walau terkadang ada yang tidak nyambung dengan maksud pertama saat kita menulis, ya biar saja. Tanpa kita sadari, senyum di bibir terkembang saat satu tulisan selesai.
3.Menulis bisa menghilangkan stress.
Di saat fikiran kita penuh dengan masalah, kita coba keluarkan dengan cara menuliskan semua yang jadi unek-unek itu. Terlepas dari apakah saat menulis itu langsung terfikir akan solusi dari masalah yang ada atau tidak, yang penting masalah tidak bercokol dikepala, apalagi mengendap di alam bawah sadar. Sesudah itu, silahkan tulisan yang dibuat bisa disimpan sebagai catatan yang akan dibaca lagi dan dicari solusinya, diberikan kepada orang yang sekiranya akan membantu kita, atau cukup kertasnya diremas dan dibuang ke tempat sampah.
4. Menulis bisa membuka pintu rizki.
Saya merasa saat ini belum termasuk orang yang produktif menulis. Tapi saya sudah pernah merasakan mendapatkan sesuatu dalam arti kebendaan. Ketika saya diminta untuk menulis pengalaman saya tentang pemberian madu pada anak saya yang sakit, dan dipublikasikan pada salah saatu bulletin di Bandung, bukan main senangnya. nama saya tercantum disana, saya mendapat honor penulisan. Kemudian saya mendapat kesempatan membuat naskah buku pengayaan untuk SMP SMA, alhamdulillah selama 5 tahun saya mendapat royalti dari buku tersebut.
5. Menulis bisa menjadi inspirasi bagi orang lain.
Saat membaca tulisan kita, kemudian orang tergerak untuk melakukan ide brillian kita, berarti kita sudah menjadi inspirator.
Motto hidup saya: “Menulislah yang terbaik, maka orang akan melakukannya. Lakukan yang terbaik, maka orang akan menuliskannya.”
Mbak Hesti Tarekat pernah bilang, “Jangan terlalu mengasihani diri sendiri saat kita tidak mau menulis karena tak ada mood. Menulislah dalam suasana apapun.” Ya, kondisi dimana kita tak mau menulis, cobalah untuk tetap menulis. Apa Tips untuk menjebol kebuntuan saat menulis? Berikut ini alternatif yang dapat kita lakukan:
1.Blog Walking. Silahkan rajin-rajin membuka internet, membuka blog siapa saja yang anda inginkan sesuai dengan tema yang disukai, apakah yang berhubungan dengan seni, keterampilan, pendidikan, kesehatan, atau yang lainnya.
2.Jalan-jalan ke alam bebas, ke tempat-tempat wisata, atau bahkan ke panti asuhan sekalipun. Sepulang dari perjalanan itu, coba ditulis apa saja hal-hal yang menarik yang anda dapatkan, hikmah apa yang bisa dipetik darinya.
3.Tidur. Kok tidur? ya, terkadang ada ide yang muncul setelah bangun tidur. Untuk anda yang beragama Islam, ada keyakinan bahwa jika kita tidur sesudah sholat tahajud, inshaAlloh mimpinya itu adalah ilham atau petunjuk. Ini bisa dijadikan bahan tulisan.
4.Membaca buku-buku yang menarik. Dengan membaca buku yang kita inginkan, akan membuka wawasan dan menjadi jalan datangnya ide baru untuk menulis.
Semoga kita bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dengan menulis. Semoga dengan tulisan kita, termasuk ke dalam kelompok “tintanya para ulama yang beratnya sama dengan darah para syuhada”. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H