Lihat ke Halaman Asli

Syasha Lusiana

Penulis buku parenting CAHAYA DUNIA, Konselor, Motivator, Teacher

Menulis untuk Mengatasi "Self Dolb"

Diperbarui: 10 Juni 2022   13:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

" Saya tidak mau menulis lagi, setelah saya coba ternyata saya tidak punya kemampuan menulis yang lebih kompeten dibandingkan penulis-penulis lainnya"

" Saya tidak mungkin menjadi penulis hebat seperti dia, kemampuan saya sangat terbatas, saya malas baca, ya sudahlah sebisa-bisanya sajalah saya menulisnya"

Pernyataan-pernyataan tersebut kerap terlontar dari orang-orang yang merasa telah gagal dalam melakukan sesuatu yang dia inginkan dan menjadi cita-citanya, dalam hal ini salahsatunya menjadi "penulis".

Bukan hanya para penulis yang sering hilang muncul ketidak percayaan dirinya, ini juga bisa menimpa ke bidang-bidangn lain dalam kehidupan.

Suatu hal yang manusiawi apabila manusia acapkali dilanda ketidak percayaan diri, tinggal bagaimana kemampuan diri untuk mampu mengatasinya.    Sama halnya seperti sedih, kecewa, marah, galau yang datang mewarnai diri, ketidak percayaan diri juga terkadang menguasai.

Dalam istilah psikologi ketidak percayaan diri atas kemampuan yang dimiliki disebut dengan "Self Dolb".    Dalam salahsatu laman psikologi  dijelaskan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang ragu dan kurang percaya pada kemampuannya sendiri.

Pertama, adanya Inner Voice Negatif atau suara-suara dalam diri.

Inner voice atau suara-suara dalam diri cenderung mengingatkan pada hal-hal negative yang bersifat dektruktif.   Kata-kata di masa lalu yang mengingatkan pada kegagalan dan kemudian mendatangkan kesedihan, penyesalan hingga kekecewaan pada diri sendiri.

Semakin sering kritikan-kritikan dari dalam diri ini muncul menyebabkan ketakutan berlebihan sehingga perlahan mengikis kepercayaan diri yang berakhir pada sikap meragukan diri sendiri. 

Tidak jarang inner voice ini pada akhirnya menimbulkan hal negative lainnya seperti iri atau dengki.  Iri yang justru melemahkan dirinya untuk berjuang malah semakin melemahkan dirinya sendiri. 

Pada bagian yang seharusnya dia berkompetisi, ketika dia merasa kalah, dia malah mundur dan melemahkan kemampuannya sendiri. Kegagalan tidak dijadikannya sebagai lecutan, namun hambatan diri untuk semakin maju.  Bukankah seharusnya semua tantangan dan kegagalan membuat manusia semakin gagah berjuang untuk keberhasilan dirinya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline