Salam Ramadhan,
Semoga Ramadhan kali ini bisa dijalani dengan indah dan penuh keberkahan. Jaga hati, jaga lisan, jaga pandangan, dan tetaplah jaga etika. Bulan suci seharusnya membuat lebih mawas diri. Tidak ada manusia yang sempurna, dan di hadapan Allah SWT semua adalah sama. Tapi kenapa ya masih saja ada orang-orang yang bersikap seolah-olah "keakuannya" lebih tinggi dari orang lain. Jika memang kompetensi dia baik secara moril maupun materil memang diatas rata-rata standar manusia normal, mungkin bisalah bersikap begitu. Walaupun tetap tidak dibenarkan, karena semua manusia itu sama kedudukannya di hadapan Sang Khalik. Jabatan, harta, dan kejayaan di dunia ini hanyalah bersifat sementara.
Dalam suatu organisasi, baik itu di dunia industri maupun di dunia pendidikan, persaingan antar karyawan pastilah ada. Masing-masing orang memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap atasan. Ada yang memang fokus bekerja tanpa ambisi apapun, mengalir begitu saja. Tapi banyak juga yang memang memiliki kepentingan tertentu. Misalkan merasa bahwa dialah yang harus paling dekat dengan atasan, harus memiliki jabatan sesuai keinginan, atau bahkan mungkin harus bisa mendapatkan hak lebih dibandingkan karyawan lainnya dengan cara cari muka pada atasannya.
Saat ini ternyata banyak ditemui hal-hal seperti tersebut diatas, termasuk di dunia pendidikan . Entah itu mereka lakukan dengan sadar atau tidak, tapi pada kenyataannya memang melakukan itu. Saat orang-orang tertentu ini sudah merasa dekat dan bisa mengambil hati atasan dengan cara-cara tadi, maka akan muncullah rasa "keakuan" yang lebih dari yang lain. Dan tanpa disadari juga terkadang gaya dan sikap mereka tidak bisa ditutup-tutupi lagi. Istilahnya menjadi over acting.
Merugikankah bagi orang lain? tentu saja. Orang-orang si pencari muka itu akan selalu berusaha menjilat dan memanfaatkan situasi supaya mereka bisa mendapatkan keinginannya. Sangat disayangkan jika sang atasan selalu percaya saja apa yang disampaikan sang penjilat tadi. Tapi itulah fenomenanya, dan terkadang orang lain akan merasakan hal-hal yang janggal bahkan mungkin akan menimbulkan ketersinggungan.
Selain menjilat, dengan sadar atau tanpa sadar gaya mereka juga terkadang menjengahkan. Mereka bisa tidak menghargai rekan seprofesinya karena merasa tidak sepadan, dengan pikiran bahwa dia bisa dekat dengan bos atau atasannya. Rekan-rekan yang lain dianggap tidak penting lagi.
Salah satu gaya mereka adalah menolak saat kita mengajaknya berjabat tangan. Ketika kita memberikan tangan untuk mengajaknya salaman, mereka akan pura-pura tidak tahu. Padahal sudah jelas-jelas posisi kita depannya. Apa iya body seseorang yang dihadapan kita tidak terlihat sedang apa? Apalagi jika jarak dekat, dan apalagi jika kita adalah sesama laki-laki ataupun perempuan. Kecuali, jika lawan jenis berhadapan dan masing-masing atau salah satunya memiliki wudhu, wajarlah jika tidak saling sentuh. Karena mereka memang sedang menjaga wudhunya agar selalu suci.
Disinilah akan terlihat apakah teman, kawan, atau rekan kerja kita memiliki rasa saling menghargai. Apalagi jika salah satunya jabatannya lebih tinggi dari kita. Kenapa sih tidak bisa saling menghargai dengan dimulai dari hal kecil? Suka ataupun tidak suka kita dengan orang itu, belajarlah untuk tetap menerima dan untuk tetap berpikir positif, bahwa dengan menjalin silaturahmi keberkahan Insyaalloh akan selalu bersama kita.
Jabat tangan mungkin dianggap hal kecil. Padahal dengan awal pertemuan kita berjabat tangan, disitulah akan terasa bahwa kita masih bisa berdamai dengan hati nurani. Gerakan yang sederhana ini bisa memberikan informasi kuat kepada seseorang melebihi kata-kata. Selama kita masih bisa berjabat tangan itu artinya silaturahmi tetap terjalin dan itu akan memperpanjang usia serta mendatangkan rezeki.