Suatu hari, saya melihat anak sulung saya (6 tahun) sedang meremas-remas buah jeruk (sejenis mikan kalau di Jepang), sontak saya tegur :
S : "kenapa di pencet-pencet mikan nya kak? jangan ya, ga baik menjadikan makanan sebagai mainan". F : "bukaan, biar putih-putihnya jadi sedikit?" S : "maksudnya?" tanya saya bingung. si Kakak pun membuka jeruk nya, seraya berkata "tuh kan, ini yg putih (serat jeruk) jadi sedikit?" Ibu-nya pun takjub, dalam hati berkata 'benar juga'. S : "eh iya ya, kakak tau dari mana?" F : "dari TV (nhk)." S : "sokka, baru tahu ummi" sambil manggut manggut dan ingin mencoba juga. Berikut hasil percobaannya : Jeruk kiri diremas dahulu, kanan tidak gambar 1 : Saya ambil 2 jeruk, yang pertama (kiri) saya remas dahulu, hasilnya memang lebih gampang mengupasnya, dan serat yang menempel di buah lebih sedikit. gambar 2 : Karena masih penasaran, dan ingin meminimalisir bias -tergantung jeruknya, kalau anda beruntung bisa mendapat jeruk yang minim serat- (cieeh bahasanya), saya coba lagi di satu jeruk yang sama, tapi dibagi 2 dahulu dengan dibatasi goresan pisau. Eh benar, bagian kiri yang diremas lebih gampang dikupas dan lebih bersih dibanding kanan yg tidak diremas. Memang, ilmu bisa dari mana saja, termasuk dari anak kelas 1 SD, dan sudah kesekian kali dapat ilmu baru dari anak sendiri, jadi berasa tua hehe. Dan menurut saya tanyangan televisi tidak selalu memberi efek buruk, asal orang tua bisa memilah program yang sesuai dan bermanfaat serta tentunya dengan perjanjian terlebih dahulu dengan anak mengenai kapan dan lamanya waktu untuk menonton televisi perhari. Alhamdulillah di Jepang, tanyangan yang mendidik masih banyak, semoga TV di Indonesia-pun demikian. Semoga bermanfaat :) www.lusianasofyan.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H