Lihat ke Halaman Asli

Lusia Drikti

Pengusaha muda

Jangan Suruh Pejabat Stop Korupsi! (Tulisan Ini Khusus Ditujukan untuk Para Mahasiswa/I)

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JANGAN SURUH PEJABAT STOP KORUPSI!

(Tulisan ini khusus ditujukan untuk para mahasiswa/i)


Berhenti teriakan kalimat “STOP KORUPSI!” Berhentilah kalian menentang korupsi, berhentilah kalian berdemo anti korupsi dengan bangga di jalanan, berhentilah kalian memalukan almamater kalian sendiri dengan memperdengarkan kalimat penolakan terhadap korupsi dan mempertontokan jas almamater kalian. Ada jas kuning, ada jas merah, ada jas biru, yah macam-macam. Tidak sadarkah kalian, secara tidak langsung sudah mempermalukan almamater sendiri, dan juga mempermalukan muka sendiri?

Oke baik, kalimat di atas hanya pengantar. Zaman sekarang, zaman dimana korupsi merajalela, seakan menjadi budaya. Maaf, bukan seakan tapi sudah menjadi budaya. Korupsi, dinasti politik, pembulian, ketidakadilan, jangan ditanya. Itu sudah masuk dalam budaya Indonesia. Budaya sopan santun, saling menghargai, kejujuran dan kawan-kawannya itu sudah hilang. Hal inilah yang sering menjadi dasar kita untuk menentang para pejabat yang korupsi dan menyengsarakan rakyat.

Hei para mahasiswa, kalian tentu pernah mendengar kalimat, “ngaca dulu dong sebelum ngomongin orang.” Nah kali ini penulis ingin menyatakan kalimat tersebut pada kalian. Diluar sana, kalau ada orang membicarakan atau memprotes tindakan kita kalimat di atas tadi tak jarang kan keluar dari mulut kita? Kalimat tersebut sederhana tapi menusuk. Seharusnya saat pejabat yang korupsi diprotes hal seperti ini, (harusnya) mereka bisa menyatakan kalimat “ngaca dulu dong sebelum ngomongin orang” di atas.

Oke sekarang kita masuk ke point tulisan ini setelah tadi penulis mengajak para pembaca ngalor ngidul gak jelas. Mahasiswa, suatu kata yang memiliki arti yang bagus. Siswa, dan maha. Ya artinya mahasiswa itu orang yang sudah memasuki usia dewasa, dan tidak perlu dikomando untuk melakukan suatu tugas. Mahasiswa, jelas sudah mengerti kebenaran dan kesalahan, dan mahasiswa juga dituntuk untuk berwawasan luas. Kalau tidak, untuk apa Anda disebut mahasiswa kalau dibandingkan dengan siswa saja kalah. Hal yang patut kita renungkan, apakah kita sudah pantas memprotes pejabat yang korupsi, menolak korupsi, menolak kekerasan, menolak dinasti politik, kalau dari dalam diri kita saja belum beres? Untuk apa kita meneriakkan stop korupsi dengan keras di tengah jalan sambil mempertontonkan jas almamater kita jika untuk mendapat nilai A saja masih mengemis jawaban teman? Untuk apa kita menolak kekerasan jika masih ada yang mengancam atau membuli saat tidak diberikan jawaban ujian? Berhenti protes ke pejabat yang korup kalau dirimu saja sudah punya bibit korupsi! Berhenti bilang pemerintahan Indonesia terpuruk, rusak, kacau atau apalah kalau kau sebagai mahasiswa hanya duduk manis tanpa ada peran nyata di masyarakat.

IP tinggi hasil mencontek, hasil meminta jawaban teman, tidak malukah hei kalian para kaum intelejen. Jangan bilang masa depan Indonesia hancur karena sesungguhnya kaulah perusak masa depan Indonesia. Jujur itu punya arti yang luas. Kau mencontek, kau meminta jawaban, dosen mungkin tak tahu, dosen memeriksa lembar ujianmu, diberi nilai bagus, dan kamu pun senang dan puas. Sudah, cukup sampai disitu. Begitu murahkah imanmu? Percuma kau melakukan pelayanan, rajin berdoa, tapi hal kecil ini saja belum bisa kau pertahankan. Saya sebagai orang yang pernah mengenyam ilmu di bangku kuliah, saya malu, saya prihatin pada kalian semua yang selalu menghabiskan waktu untuk mencontek semasa kuliah. Entah itu mencontek dari manapun, atau dari otak manapun. Untuk apa belajar susah payah kalau ujung-ujungnya, nilai yang didapat adalah hasil mencuri pikiran orang? Heh, malu sekali! Dunia sekarang memang aneh. Saat ada orang yang suka mencontek, eh didekatin, diakbarin, eh, giliran ada yang jujur, malah dimusuhi, dan ironinya lagi, banyak orang jujur yang tutup mulut. Kenapa? Takut dibuly? Takut diancam, takut dimusuhi?

Hai kaum mahasiswa, stop protes tentang sistem pemerintahan yang busuk, stop teriak anti korupsi, stop teriak tolak kekerasan atau apapun itu jika dirimu sendiri belum bisa kau benahi. Yang dibutuhkan disini adalah upaya nyata, bukan omong kosong belaka. Berkacalah pada diri sendiri dahulu sebelum menghakimi orang lain. Pejabat yang korupsi biarlah dia korupsi dan menanggung sendiri akibatnya. Uang yang sudah dikorupsi tak akan kembali. Yang ada hanyalah penyesalan dan hukuman yang (mungkin tidak) sesuai. Pemerintahan memang banyak orang tak jujur, oleh karena itu, jadilah generasi penerus yang jujur dan malu kalau harus memperoleh nilai A dengan lirikan mata. Jangan buat diri kalian seperti pengemis jalanan yang hanya meminta tanpa berusaha. Percuma gelarmu kau raih dengan hasil korupsi pikiran! Percuma IP tinggi atau gelar cumlaude saat wisuda jika kau sudah menanamkan bibit korupsi dari kecil. Percuma kau doa dan pelayanan jika tidak percaya diri dengan jawabanmu sendiri dan harus mengemis jawaban orang lain.

STOP SURUH PEJABAT BERHENTI KORUPSI KALAU KAU SENDIRI SUDAH MENJADI CALON KORUPTOR DAN MENJADI GENERASI PENERUS KERUSAKAN BANGSA! STOP PERMALUKAN ALMAMATERMU DENGAN TERIAKAN ANTI KORUPSI YANG SESUNGGUHNYA TINDAKAN KORUPSI DARI DIRI SENDIRI BELUM BISA KAU CEGAH!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline