Lihat ke Halaman Asli

Lusia Andriyani

Guru Bahasa Indonesia

Pemanfaatan Komik untuk Pembelajaran Menulis Teks Cerpen di Kelas IX SMPN 12 Kota Tangerang Selatan

Diperbarui: 12 November 2020   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita tahu bahwa pembelajaran menulis merupakan kegiatan yang tergolong tingkat tinggi. Kegiatan ini memerlukan berbagai kemampuan sebab menulis adalah puncak dari empat keterampilan berbahasa. Kegiatan produktif ini memerlukan perpaduan segala aspek. Penulis bisa menuangkan gagasan jika sudah melalui tahapan mendengarkan atau menyimak dan membaca. Melalui kedua tahapan itu, akan diperoleh banyak pengetahuan, pengalaman, dan keilmuan.

Keterampilan menulis teks cerpen adalah salah satu pembelajaran yang tergolong sulit untuk diajarkan. Kegiatan pembelajaran ini sering tidak mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini terjadi karena model dan teknik pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan tujuan kompetensi dasar tersebut. Selain itu, pembelajaran akan lebih diterima jika teknik yang digunakan sesuai dengan karakteristik siswa SMP.

Seperti pembelajaran teks menulis cerpen di kelas IX SMPN 12 Kota Tangerang Selatan yang memanfaatkan media komik. Komik adalah karya fiksi bergambar yang dekat dengan keseharian usia anak SMP. Bahasa yang digunakan dalam komik singkat, sederhana, langsung pada inti kalimat. Komik berisi cerita fiksi yang ditekankan pada gerak dan tindakan tokoh yang disampaikan melalui gambar berseri. Secara visual, gambar-gambar dalam komik  akan memberi stimulus kepada siswa untuk kreatif mengembangkan ide, merangkai kalimat, dan memaknai kehidupan yang relevan.

Melalui komik, siswa lebih mudah mengekspresikan kalimat. Siswa yang terbiasa menulis teks cerpen dapat lebih terarah dalam mengembangkan konflik-konflik yang divisualkan dalam komik. Siswa yang kesulitan menulis teks cerpen akan tergiring untuk merangkai kalimat-kalimat yang dimungkinkan muncul setelah melihat komik. Bahkan siswa yang tidak tertarik pada pembelajaran menulis teks cerpen pun, akan termotivasi karena dipicu oleh gambar-gambar dalam komik.

Sebagai contoh pilihan komik di atas dapat menarik minat siswa untuk menulis. Dengan bantuan kalimat sederhana tersebut, siswa dapat mengembangkan ide kreatifnya, merangkai peristiwa-peristiwa yang terjadi pada setiap gambar komik, bahkan siswa yang imajinatif akan menambahkan konflik-konflik baru. Dengan demikian, pembelajaran menulis teks cerpen lebih menarik. Penggunaan media komik sebagai stimulus penulisan teks cerpen dapat memberi motivasi dan kecintaan siswa terhadap kegiatan menulis. Siswa tidak kesulitan menuangkan gagasan. Selain itu, penulisan teks cerpen lebih terarah dari orientasi hingga resolusi. Tahapan alur pun akan tertata dengan konflik-konflik yang menarik.

Jika suasana belajar sudah memperlihatkan keaktifan siswa menulis dan memproduksi hasil karyanya sendiri, bukan hal yang sulit untuk menyadarkan siswa arti penting membaca. Media komik dapat dijadikan alat pertama untuk menggiring siswa gemar membaca. Pada akhirnya, membaca dan menulis bagi siswa akan menjadi suatu kebutuhan, bukan lagi keterpaksaan. Dimulai dari hal yang ringan, yakni membaca komik dan menulis teks cerpen mini. Lama-kelamaan siswa akan terbiasa dengan karya-karya yang lain. Dimulai dari konflik-konflik sederhana yang tergambar dalam komik, selanjutnya siswa akan terbuai dengan karyanya yang sarat dengan konflik menarik dan menantang. Yang utama untuk dicapai pada pembelajaran ini adalah karya siswa berupa teks cerpen. Maka pembelajarannya harus berbasis menulis dan menulis. Selamat mencoba teknik pembelajaran ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline