Lihat ke Halaman Asli

Nurfadhilah

Beramal demi ridha Allah

Sikap Muslim Menghadapi Pandemi

Diperbarui: 8 Agustus 2021   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pandemi Covid-19 adalah musibah. Musibah adalah bagian dari qadha' Allah SWT (QS al-Hadid [57]: 22).

Sikap seorang Muslim terhadap qadha' Allah SWT adalah ridha dan kita dilarang membenci qadha' Allah SWT. Rasul saw. bersabda:
Sungguh besarnya pahala itu seiring dengan besarnya ujian. Sungguh jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Siapa saja yang ridha, untuk dia keridhaan itu. Siapa yang benci, untuk dia kebencian  itu (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Baihaqi).

Allah SWT memberikan kabar gembira kepada orang yang sabar dalam menghadapi musibah (QS al-Baqarah [2]: 155-157). Dan Rasul saw. pun mengajari kita agar melakukan istirja' (mengembalikan segalanya kepada Allah SWT) dan berdoa.  

Dalam menghadapi musibah, hendaknya juga kita banyak berzikir. Dan memperbanyak ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT baik dengan shalat, sedekah, tilawah al-Quran, shalat-shalat sunnah dan taqarrub lainnya.

Dengan musibah ini kita harus bisa memberikan nilai dan makna atas beragam nikmat yang telah Allah berikan; nikmat sehat, kebugaran badan, nikmat kondisi kehidupan yang normal yang dengan itu bisa leluasa beraktivitas, mencari rezeki, dsb. Menuntun kita untuk bisa menghargai nikmat yang Alloh berikan dan mendorong kita untuk terus mensyukuri ragam nikmat yang telah Alloh berikan.

Rasa syukur dan sabar dalam menghadapi wabah, termasuk sakit yang diderita, bisa mewujudkan berbagai kebaikan dan keutamaan yang telah Allah janjikan. Begitulah. Kita harus memiliki dua sayap, sabar dan syukur. Ini akan menjadi salah satu faktor kunci menghadapi dan melalui musibah wabah ini. Dengan itu musibah akan berubah menjadi kebaikan dan berbuah kebaikan.

Rasul saw. bersabda terkait wabah tha'un:

Tha'un itu merupakan azab yang Allah timpakan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan Allah jadikan sebagai rahmat untuk kaum Mukmin. Tidaklah seorang hamba, saat tha'un terjadi, berdiam di negerinya---dalam riwayat Imam Ahmad yang lain: lalu dia berdiam di rumahnya---seraya bersabar dan mengharap ridha Allah, dan dia menyadari bahwa tidak menimpa dirinya kecuali apa yang telah Allah tuliskan untuk dia, kecuali bagi dia pahala semisal pahala syahid (HR al-Bukhari dan Ahmad).

Tha'un bisa berlaku pada wabah, termasuk Covid-19. Karena itu siapa saja yang terinfeksi Covid-19, lalu dirawat di rumah sakit atau melakukan isolasi mandiri yaitu mengisolasi/mengkarantina diri (tidak keluar dari rumah, tidak keluyuran, tidak keluar dari tempat karantina) dan dia meyakini bahwa itu merupakan qadha' dari Allah, sembari dia bersabar, maka insya Allah, dia akan mendapatkan pahala semisal pahala syahid; semisal pahala orang yang berperang f sablillah.

Rasul Saw. Bersabda:
Syuhada' itu ada lima: al-math'n (orang yang mati karena tha'un), al-mabthn (orang yang mati karena penyakit perut/diare), al-ghariq (orang yang mati tenggelam), orang yang mati tertimpa reruntuhan dan orang yang syahid di jalan Allah 'Azza wa Jalla (HR Muslim).

Untuk mengatasi pandemi Covid-19 ini tentu yang harus dilakukan adalah terus melanjutkan ikhtiar terbaik oleh semua pihak; baik individu, keluarga, masyarakat dan pemerintah/negara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline