Sayup-sayup terdengar anak itu bernyanyi.
Di antara pengendara tengah kota.
Aku mendengar lantunan suara polos,
dalam alunan nada sumbang.
Diantara lampu persimpangan,
Ia bernada tanpa berirama.
Menyanyikan lagu riang, namun muram wajah terpampang.
Sebelah mata memancarkan keputusasaan,
sementara yang lain melihat jalan ini belum berakhir.
Hati teguh untuk terus hidup,
walau keras ia menerima takdir.
Sementara di depan mereka, baliho terpampang wajah sumringah, para pejabat,
Berambisi meninggikan pangkat.
Berpakaian rapi lengkap dengan jas dan dasi.
Bujuk rayu slogan tertulis janji dan janji.
Anak-anak itu tak peduli, toh nyatanya sudah menahun mereka begini.
Janji hanyalah janji, nyatanya pintu kaca rapat terkunci.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H