Lihat ke Halaman Asli

Jeritan Hati Si Penebang Kayu #001

Diperbarui: 2 Juni 2023   15:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kabut berangsur lenyap, perlahan bergerak menuju kaki bukit.
Iya tersibak oleh sang surya yang semakin angkuh meninggi di atas kepala.
Dengan gagah, ia pancarkan cahaya menerangi setengah bumi.

Suara teriakan mulai terdengar dari atas bukit,
berawal samar kemudian semakin keras tak kala aku semakin dekat.
Sepertinya ia marah, entah dengan siapa.
Memaki sambil menuding itu penyebab bencana.

Dari tempat kakiku berdiri,
terlihat jelas seorang pria dengan kamera.
Terbelalak mataku melihatnya,
tak kuasa batinku menahannya,
lantas aku pun meneteskan air mata.

Mohon maaf bapak... itu bukan sesaji,
Itulah makan siang ku hari ini.
Memang hanya sebungkus nasi, ditemani ikan asin,
kopi hitam dan tiga batang rokok.

Kini telah bapak tendang masuk kedalam jurang itu.
Bencana, lenyap makan siang ku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline