Lihat ke Halaman Asli

Buat Apa Menulis di Kompasiana?

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya punya joke, "Agar seorang bayi bisa dilahirkan bertepatan dengan tanggal cantik tidak perlu operasi caesar. Karena tanpa operasi Caesar Ki Hajar Dewantara bisa lahir bertepetan dengan hari pendidikan nasonal"

Sebenarnya itu adalah joke yang berasal dari kegelisahan saya ketika melahirkan anak pertama. Anak pertama saya terpaksa lahir dengan operasi caesar karena alasan medis, bila tidak dioperasi maka akan mengancam keselamatan ibu dan anaknya. Operasi caesar membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Saya merasa banyak orang lain yang kurang bersyukur ketika anaknya bisa lahir normal malah dipaksa caesar demi bisa lahir di tanggal cantik.

&&&&&

Selama setahun menekuni hobi dan aktif sebagai standup comedian sudah banyak naskah komedi yang saya tulis. Saya mempunyai mimpi suatu saat kumpulan naskah komedi saya bisa menjadi satu buku. Dan saya ingin bukunya bukan hanya kumpulan joke tapi berupa kumpulan opini yang melatarbelakangi joke itu dibuat.

Ketika saya sedang menulis materi komedi saya merasa saat itu saya lebih mengenal diri sendiri. Saya pernah mendengar bahwa "Siapa yang yang mengenali diri sendiri, maka dia akan mengenal Tuhannya" Maka saya sangat ingin menulis ini menjadi bagian dari hidup saya.

Pertanyaannya adalah bisa nggak ya saya nulis bagus kaya orang-orang? dan dibaca oleh orang banyak?

Saya pun bergabung di kompasiana. Buat apa menulis di Kompasiana, langsung aja kasi tulisan ke penerbit?Saya berfikir lewat kompasiana tulisan saya langsung mendapat komentar dari orang banyak. Jadi bisa dijadikan tempat testing apakah tulisan saya bisa diterima oleh orang banyak sebagai tulisan yang bagus, ternyata ketika saya mengunggah tulisan pertama saya ternyata tulisan pertama saya sukses, sukses diunggah doang. tapi nggak ada yang komentar boro-boro ada yang suka yang nengok juga sedikit.

Melihat hal itu saat itu saya merasa malu, minder dan malas untuk menulis lagi, saya merasa harus belajar dulu sampai bener-bener bisa menulis baru posting lagi biar nggak malu-maluin.

Saya baru menyadari bahwa ternyata menulis joke dan menulis opini  adalah dua hal yang berbeda. Ketika menulis dalam bentuk opini saya jadi merasa bertele-tele, panjang dan ke mana-mana.

Saya mencoba membaca beberapa tulisan lain di Kompasiana, saya juga baca lagi buku-buku yang dikarang penilis favorit saya. Ternyata saya makin pusing. Mereka sangat jago membuat tulisan yang lengkap dan detil tapi bisa mengalir, terarah, tidak bertele-tele dan tidak berkesan menggurui. Gimana ya caranya bisa seperti itu?

Saya pernah mencoba mengikuti kursus menulis online, konsultasi dilakukan lewat chatting. pengajarnya saya persilakan membaca tulisan saya. Katanya tulisan saya sudah bagus hanya kurang fokus.

Lalu saya bertanya, "Gimana dong supaya fokus"

Katanya "Sebaiknya cari topik yang dikuasai dan konsisten menulis tetang satu hal tersebut"

"Saya merasa sudah melakukan itu, dan hasilnya nggak ada yang baca tuh?"

"Ya sabar, orang biasanya membaca tulisan yang berguna atau ditulis oleh orang yang terkenal"

Wah agak berat nih syaratnya, saya coba baca lagi tulisan saya dan saya sadar tulisan saya udah nggak berguna-berguna amat wong cuma kegelisahan pribadi. Udah gitu yang nulis juga nggak terkenal-terkenal amat.

Saya menghubungi salah satu penulis favorit saya, dia menambahkan bahwa Kompasiana itu adalah social media. Artinya Kompasiana bukan hanya tempat mengunggah tulisan lalu kita manunggu tanggapan dari orang lain secara random tapi kita juga harus berinteraksi dengan orang lain. Dia mencontohkan, seperti instagram, disana bukan hanya tempat untuk pamer foto tapi juga tempatberinteraksi dengan berinteraksi. Kalau kita ingin karya kita mendapat masukan atau komentar kita harus membangun komunikasi dengan sesama anggota lebih dulu.

Teman saya juga menambahkan, "Kalau mau nulis nulis aja yang penting kita udah menuangkan apa yanga da di pikiran kita persoalan orang suka atau nggak suka nggak usah terlalu dipikirkan"

Sedikit banyak saya mulai mendapat pencerahan. Saya coba lagi untuk menulis, saya berfikir kalau menunggu untuk jago dulu baru posting pasti bakal kelamaan. Yang penting niat untuk menulis terjaga dan tersalurkan demikian juga cita-cita untuk membuat buku juga tidak padam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline