Lihat ke Halaman Asli

Media Sosial Sebagai Bentuk Perlawanan

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Revolusi industri media baru ditandai kian meluasnya pengunaan internet sebagai sumber informasi, baik itu diakses melalui komputer maupun telepon genggam. Kehadiran media konvergensi yang mampu mengabungkan teks, suara, gambar, audio visual, serta telefoni dalam satu alat, telah mendorong perubahan dalam cara menyajikan berita kepada masyarakat. Konten media dapat disalurkan ke masyarakat dalam berbagai format dan dinikmati dengan satu alat dalam genggaman. Karena kemudahan dan cakupannya yang luas itulah internet menjadi media perlawanan yang cukup besar.

Internet sekarang ini sudah menjadi kebutuhan wajib bagi kaum urban, sehari saja tak berselancar di dunia maya pasti bagi sebagian orang adalah sebuah cobaan berat. Internet itu candu bagi para pemakainya, coba lihat saja data-data di bawah ini yang di rangkum oleh tim ICTWatch :

bangsa ini ada 60rb desa..

bangsa ini ada 220juta manusia..

pengguna Facebook ada 30,1 juta fesbuker,  no. 2 terbesar di dunia

Twitter 6,2 juta tweeps, paling tinggi di dunia mengalahkan Brazil dan Amerika

Pengguna internet di Indonesia ada 45 juta orang

Blogger 2,7 juta

Pengguna HandPhone 150-180juta orang

Tak salah rasanya bila pertumbuhan social media begitu cepat. Karena adanya kebutuhan untuk eksis, aktualisasi diri, kebebasan berekspresi dan bergaul. Jadi dengan adanya social media orang langsung pengen tahu dan mencobanya dengan meng-update status-status di sana.

Sosial media atau jejaring sosial saat ini seakan sudah menjadi hal yang diketahui  semua kalangan orang yang awam terhadap komputer dan internet pun mungkin familiar dengan media yang kini sangat trend tersebut. Baik karena sering mendengar berita dari banyak media lainnya, Bisa juga karena punya akun di twitter, facebook, atau friendster dulu. Atau mungkin karena memang social media addicted.

Fenomena media sosial banyak dirasakan banyak orang, bahkan dirasakan juga oleh beberapa negara, dimana media sosial bisa menjadi alat yang mempengaruhi kehidupan induvidu maupun kehidupan bernegara.  Hal ini memang tentu saja tidak terlepas dari manifestasi akan kebutuhan manusia pada aktualisasi diri dan kebutuhan terhadap media massa.

Media sosial dalam era perkembangan teknologi yang maju bisa menjadi salah satu bentuk perjuangan yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Mesir menjadi contoh positif penggunaan sosial media untuk sebuah perubahan, jatuhnya pemerintahan Hosni Mubarak akibat sistem ekonomi yang tidak menguntungkan rakyat awalnya diserukan perubahan oleh masyarakat  melalui sosial media seperti facebook, twitter dan blog. Revolusi Tunisia mengguncang Timur Tengah juga berawal dari media sosial.

Dengan tingginya masyarakat yang mempunyai dan mengikuti media sosial menjadikan media sosial memegang peranan penting dalam kemajuan dan perkembangan suatu Negara. Semakin baik media sosial tersebut menyampaikan informasi-informasinya ke masyarakat, semakin baik pula bagi pertumbuhan Negara tersebut. Hal ini dikarenakan masyarakat merupakan komponen utama bagi kemajuan dan perkembangan suatu Negara. Sehingga apabila media sosial yang bersangkutan memberikan informasi yang postif dikalangan masyarakat tersebut, maka masyarakat di Negara tersebut akan memiliki pemikiran yang positif dalam kehidupan bermasyarakatnya dan akan terbentuklah suatu sistem pemerintahan yang positif pula, dimana masyarakat memiliki kepercayaan yang tinggi kepada pemerintahnya.

Poin penting dari dari media sosial ini yang bisa membuat media sosial mempunyai efek yang masif adalah karena bersifatnya yang menjangkau masyarakat luas, selain itu mudah diakses dan dapat menyebar informasi secara seketika atau lebih cepat dibanding media konvensional. Sedangkan kelemahannya media sosial ini yaitu adanya kemungkinan diblokir pemerintah, apalagi bila dianggap bahwa media sosial itu bisa membawa kekacauan atau instabilitas keamanan negara.

Banyak contoh yang telah menggambarkan betapa pentingnya respon positif terhadap penggunaan sosial media sebagai wadah untuk mencari keadilan di negeri ini. Sebagai contoh lain adalah Prita melalui satu sosial media yang memberikan komentar positif terhadap pelayanan satu rumah sakit yang berada di Indonesia, seharusnya tidak perlu dibawa ke ranah hukum karena komentar ini bukan upaya untuk menjatuhkan citra rumah sakit, melainkan sebagai upaya penggagasan perbaikan pelayanan serta birokrasi rumah sakit yang masih kurang kualitasnya di dunia Internasional.

Seharusnya di era demokrasi ini semua pihak dapat menerima segala bentuk kritikan yang bersifat membangun. Prita tidak berjuang sendiri dalam penyelesaian kasus ini, berbagai dukungan dari segala pihak berdatangan, salah satunya melalui sosial media yang mendukung Prita untuk dibebaskan dari vonis hukum yang menjeratnya, sebagai wujud kepedulian pemuda terhadap Prita, maka masyarakat mengagas sebuah group “Koin untuk Prita” melalui sosial media facebook untuk dijadikan sarana pemberian dukungan terhadap Prita.

Dengan begitu hebat, media social mampu menggerakkan hati banyak orang untuk membantu Prita Mulyasari sehingga terbentuklah suatu komunitas masyarakat yang perduli akan kasusnya tersebut, mereka kemudian mengajak masyarakat lainnya dalam membantu seorang Prita untuk menebus denda yang telah diberikan kepadanya dan akhirnya terbentuklah penggalangan dana

Kasus Prita di atas cukup membuktikan bahwa penggunaan sosial media dapat menjadi senjata untuk menyatukan pendapat seluruh pemuda bahkan semua elemen masyarakat yang ada di satu negara jika digunakan secara positif. Solidaritas masyarakat negeri ini harus dijaga agar bangsa ini tidak hancur akibat kepentingan suatu kelompok penguasa. Solidaritas ini harus dijaga melalui semangat kebersamaan untuk melakukan hal-hal yang bersifat positif melalui sosial media.

Sejak jatuhnya kekuasaan Orde Baru semakin hari-hari perlawanan rakyat terhadap kekuasaan semakin menggejala di berbagai tempat. Rakyat semakin kritis menentang kebijakan negara. Makin kritisnya rakyat melawan pemerintah tidak lain lantaran yang terakhir ini makin hari kebijakan politiknya tidak memperlihatkan tanda-tanda pro rakyat. Demikian pula yang pernah kita saksikan ketika rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), di berbagai daerah rakyat mengekspresikan perlawanannya terhadap pemerintah karena menganggap pemerintah tidak pro rakyat

Sejak pemerintah mengumandangkan kenaikan harga BBM rakyat melakukan protes dan demonstrasi dengan cara mengejek pemimpin nomor satu di negeri ini di dalam berbagai kesempatan seperti di jejaring sosial dunia maya, media massa, dan media elektronik. Sejalan dengan itu perlawanan rakyat dengan terang-terangkan menghimbau masyarakat luas agar menolak kenaikan harga BBM. Rakyat dan mahasiswa bergandengan tangan menyandera mobil mobil tangki bermuatan bahan bakar minyak dan merusak mobil dinas milik pemerintah. Bahkan untuk mempertegas perlawanan terhadap pemerintah yang akan menaikkan harga bahan bakar minyak, berbagai organisasi masyarakat sipil bersatu memobilisasi puluhan ribu massa untuk melawan kenaikan harga bahan bakar minyak yang akan menyengsarakan ratusan juta orang. Adanya perlawanan yag dasyat ini tidak lepas juga dari pengaruh media sosial yang juga secara gencar menyerukan perlawanan terhadap tindakan pemerintah tersebut.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi bukan hal yang harus ditakuti, justru seharusnya bisa dijadikan kesempatan untuk memperbaiki Indonesia atau suatu negeri yang sulit dijangkau secara instan karena terkendala perbedaan jarak satu sama lainnya.

Penggunaan sosial media yang bersifat positif bisa menjadi senjata perubahan untuk masyarakat agar pemerintah menjadi lebih baik. Dalam hal ini media sosial elektronik berperan penting dalam penyebaran informasi-informasi tersebut ke kalangan masyarakat luas, sehingga berbagai masyarakat dapat mengetahui kejadian tersebut dan ikut berpartisipasi dalam penegakkan hukum yang berlaku di Negara ini.

Media ketika di kontrol segelintir orang menjadi alat pelindung ke diktatoran sebuah pemerintahan, seperti halnya diindonesia dimana kadang media massa tidak bertindak netral, maka media sosial bisa menjadi media tandaingan untuk menilai objektifitas media massa dalam menilai pemerintahan.

Social Media menjadikan sebuah alat kontrol yang netral, saling melemparkan pendapat dan para pembaca, para penulis, bertukar pikiran dan wawasan dan selalu akhirnya menjadi pembela yang susah dan pembela nilai nilai yang positif.

Social Media adalah satu satunya alat melawan ketidakadilan, kediktatoran, KKN, mafia, dan ketertutupan. Rezim Iran yang tertutup sampai hari ini dilawan masyarakat atas ketidak adilan di negara itu dimulai dari media. Polisi Korup vs KPK, dilawan massa dengan social media.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline