Lihat ke Halaman Asli

Luqi Intalia

(Twolisan)

Keabadian

Diperbarui: 26 Januari 2022   18:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Keabadian
Oleh: Luqi Intalia

Senyum hangat, penyejuk bagi penikmatmya
Paras  tegap tinggi penopang keluarganya
Ramah; santun sapa pengikat setiap pertemuan dengannya

Sudah tak pernah ku jumpai lagi
Terhitung setelah kulihat ia terbaring pulas terkubur dalam pembaringan abadi

Nampaknya;
denting kenangan masih terus berputar
Lantunkan penghuni renjana yang kian memudar
Bangkitkan ragaku,
Yang Terjebak dalam dimensi kemarin silam
Saat ragamu masih mampu ku tatap dengan penuh kemilauan
 
Wahai tuan
Pilar dinding tempat kau bersandar;
bertanya tentang kabarmu
Bahkan; gelas kaca tempat kopimu beraduk rasa
Masih merekam jelas tiap sruputan manismu
Aku harus bagaimana?
Sedang setelah pembaringanmu; tak pernah kujumpai hadirmu kembali

Bawalah aku;
Bawa aku abadi bersama kepingan waktu
Menjadi dua sehidup bersamamu
Bukan aku yang mati
Mematung; sebab kehilangan raga-mu

Batang, 02 Juni 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline