Keabadian
Oleh: Luqi Intalia
Senyum hangat, penyejuk bagi penikmatmya
Paras tegap tinggi penopang keluarganya
Ramah; santun sapa pengikat setiap pertemuan dengannya
Sudah tak pernah ku jumpai lagi
Terhitung setelah kulihat ia terbaring pulas terkubur dalam pembaringan abadi
Nampaknya;
denting kenangan masih terus berputar
Lantunkan penghuni renjana yang kian memudar
Bangkitkan ragaku,
Yang Terjebak dalam dimensi kemarin silam
Saat ragamu masih mampu ku tatap dengan penuh kemilauan
Wahai tuan
Pilar dinding tempat kau bersandar;
bertanya tentang kabarmu
Bahkan; gelas kaca tempat kopimu beraduk rasa
Masih merekam jelas tiap sruputan manismu
Aku harus bagaimana?
Sedang setelah pembaringanmu; tak pernah kujumpai hadirmu kembali
Bawalah aku;
Bawa aku abadi bersama kepingan waktu
Menjadi dua sehidup bersamamu
Bukan aku yang mati
Mematung; sebab kehilangan raga-mu
Batang, 02 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H