[caption id="attachment_184142" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Suasana tak biasa terlihat di Gedung Aula 2 Asrama Haji, Pondok Gede, sejak 15-22 April 2012. Ratusan orang terlihat sedang bermain kartu di meja-meja yang tersusun rapi memenuhi ruangan itu. Yah.. memang kartu. Kartu remi yang setiap set-nya terdiri dari deretan angka 2,3,4, hingga J,Q,K,A dan terdiri dari 4 jenis spade, heart, diamond, dan club.
Dengan jumlah orang yang berkumpul sebanyak itu, rasanya tidak mungkin bila acara tersebut illegal dan tidak diketahui pengelola asrama. Akan tetapi, aneh juga jika ada gerombolan orang yang diijinkan bermain judi di tempat ini. Kontras sekali, tempat persinggahan jemaah yang akan menunaikan ibadah haji, ibadah yang sangat disakralkan umat Islam, sebelum berangkat ke tanah suci menggelar acara permainan judi kartu remi secara masal. Itulah yang seketika melintas di pikiran kita jika pada saat yang bersamaan kita ada di asrama haji untuk sekedar mampir atau ada keperluan lainnya.
Rupanya DKI Jakarta sedang menjadi tuan rumah untuk suatu ajang Kejuaran Nasional Bridge yang ke 50. Pesertanya dari berbagai daerah di Indonesia. Tidak terasa euforia kemeriahan apapun di Jakarta menyambut event tersebut. Bahkan masyarakat sekitar pun tidak mengetahui bahwa event ini sedang berlangsung di asrama haji – selain masyarakat pecinta bridge. Hal ini disebabkan karena tidak banyak masyarakat yang mengenal permainan bridge. Padahal permainan ini sudah sejak lama ada di Indonesia. Persatuan olahraga ini, GABSI (Gabungan Bridge Seluruh Indonesia), juga telah berdiri sejak 1953 dan telah bergabung KONI. Jauh berbeda dengan event pertandingan sepak bola yang selalu meriah dan atmosfer kemeriahan terasa hingga ke jalan-jalan di Jakarta. Padahal mind sport ini merupakan salah satu cabang yang kerap menggemakan nama Indonesia di kejuaraan-kejuaraan internasional. Yang terakhir, tim putri Indonesia berhasil menyabet medali perak pada kejuaraan paling bergengsi di nomor beregu putri yaitu Venice Cup 2011 yang berlangsung pada bulan November lalu di Veldhoven, Belanda. Venice Cup ini merupakan kejuaraan dunia untuk bridge beregu putri.
Mengenal Permainan Bridge
Tak kenal maka tak sayang. Begitu juga dengan bridge. Mind sport yang menggunakan media kartu pada permainannya ini bisa dikatakan belum dikenal oleh masyarakat Indonesia. Kartu remi yang sangat identik dengan judi merupakan salah satu faktor, selain banyak faktor lain, yang menghambat perkembangan permainan ini di Indonesia.
Bridge dimainkan oleh 4 orang yang duduk pada suatu meja. Pemain yang duduk di sisi utara meja berteman dengan pemain yang duduk di selatan. Pemain yang ada di barat berteman dengan yang ada di timur. Dalam sekali bermain, mereka memainkan satu set kartu remi lengkap, tanpa joker, yang berisi 52 kartu. Salah satu hal, yang merupakan alasan paling menarik untuk memainkan bridge, yang membedakan bridge dengan permainan kartu lainnya yaitu pemenang pada permainan ini bukan ditentukan semata-mata oleh keberuntungan distribusi kartu yang kita pegang. Permainan bridge dimulai dengan tawar-menawar menentukan kontrak yang dilakukan dengan bahasa bridge, biasanya diistilahkan dengan bidding. Kontrak akhir yang disepakati merupakan target yang harus dicapai oleh si pembuat kontrak, pasangan yang menentukan kontrak paling tinggi. Jika kontrak yang disepakati gagal dipenuhi, poin akan diberikan untuk lawan untuk setiap kekurangan dari kontrak akhir yang disepakati.
Di Indonesia, persatuan penggemar olahraga ini dinamakan GABSI (Gabungan Bridge Seluruh Indonesia). Ketua umum Pengurus Besar (PB) GABSI saait ini adalah Bapak Dahlan Inskandar, Meneg BUMN. Siapa yang tidak kenal menteri yang banyak menimbulkan kontroversial ini. Namun sayang, popularitas beliau yang meningkat tidak diikuti dengan terdongkraknya popularitas bridge di Indonesia.
***
Kini euforia kejurnas bridge telah usai. Para atlet telah kembali ke daerah masing-masing. DKI Jakarta telah menjadi tuan rumah yang baik pada tahun ini. Malah bisa dibilang “sangat baik”. Dari empat medali emas yang diperebutkan di nomor antar provinsi (Klas A, Klas B, Beregu Putri, dan Beregu Junior U-28) semuanya dibagi rata ke seluruh Indonesia. Klas A dimenangkan oleh Sulawesi Utara, Klas B dimenangkan oleh Sumatera Barat, dan Beregu Putri dimenangkan oleh Jawa Tengah. Medali emas nomor Junior kategori usia di bawah 28 tahun yang baru mulai tahun ini diperebutkan menggantung manis di leher pemuda-pemudi Kalimantan Barat. Cukup merata bukan?
Untuk menutupi dahaga akan gelar juara, DKI Jakarta sukses membayarnya dengan mendulang medali emas di nomor antar klub beregu putra.
Selamat kepada para Juara!
Jayalah terus bridge Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H