Lihat ke Halaman Asli

Luna Septalisa

TERVERIFIKASI

Pembelajar Seumur Hidup

3 Perilaku Manipulatif Pelaku KDRT yang Dapat Memperburuk Kondisi Korban

Diperbarui: 14 Oktober 2023   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi korban KDRT. (Sumber gambar: Karolina Grabowska from Pexels)

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah fenomena gunung es. Ia termasuk dalam kategori kekerasan di ranah personal, yang menurut CATAHU Komnas Perempuan (tertanggal 7 Maret 2023), jumlahnya masih mendominasi pelaporan kasus kekerasan berbasis gender (KBG). Dari 339.782 pengaduan kasus KBG, sebanyak 336.804 kasus merupakan kekerasan di ranah personal

Sementara itu, data pengaduan ke Komnas Perempuan untuk kasus kekerasan di ranah personal menjadi yang tertinggi sepanjang 2022 dengan jumlah mencapai 2.098 kasus (pengaduan lainnya diajukan dan ditangani oleh instansi lain). 

Jika dirinci lagi, pengaduan atas kekerasan terhadap istri menempati peringkat kedua tertinggi (622 kasus), setelah kekerasan oleh mantan pacar (713 kasus). 

Kompasianer Yana Haudy melalui artikelnya yang berjudul Reversi Korban KDRT dan Cara Kita Memandang Kekerasan Terhadap Perempuan telah menjelaskan dengan lengkap alasan perempuan bertahan dalam hubungan KDRT serta cara menyikapinya. 

Dari alasan-alasan yang dikemukakan penulis, bisa disimpulkan bahwa perempuan sulit keluar dari hubungan yang penuh kekerasan karena dirinya sengaja dibuat ketergantungan oleh pasangan. 

Hal ini dilakukan lewat perilaku manipulatif dan kontrol berlebihan yang berpotensi untuk berkembang dan memperburuk kondisi korban KDRT sebagai berikut.

1. Melarang pasangan bekerja tanpa alasan yang dapat dibenarkan dan membatasi akses finansial pasangan

Ini tidak berarti perempuan tidak boleh jadi ibu rumah tangga, ya. 

Lagipula, istri yang bekerja belum tentu bebas dari kekerasan ekonomi. Istri bekerja, tapi uang hasil kerjanya malah dipakai main judi slot oleh suaminya atau dihabiskan oleh suami untuk hal-hal yang tidak penting, itu berarti si istri tidak bebas dari kekerasan ekonomi. 

Sekali lagi, ibu rumah tangga itu bukan tanda ketidaksetaraan atau korban kekerasan ekonomi, selama: 1.) merupakan pilihan dia sendiri, 2.) kalaupun itu permintaan suami, sudah ada komunikasi yang baik antara keduanya dan 3.) hak-hak istri (terutama hak-hak dasar) terpenuhi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline