Lihat ke Halaman Asli

Luna Septalisa

TERVERIFIKASI

Pembelajar Seumur Hidup

Sajak untuk Sang Pemberontak

Diperbarui: 13 Desember 2022   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sastrawan dan Maestro Puisi Mbeling, Remy Sylado-foto oleh TEMPO/Yosep Arkian

: (Remy Sylado, 12 Juli 1945-12 Desember 2022)*

Ah, apa guna tangis kami
pada orang berdasi di Senayan
kala ketuk palu tanda sah
rancangan undang-undang
yang lebih kolonial
dari hukum warisan Belanda
menggema di ruang dengar

Sebenarnya kami ingin memberikan tangis ini sebagai pengiring
ketimbang mubazir
namun sumber air pada mata kami
telah mengering
habis untuk mengairi pipi
kala beban hidup kian menghimpit
dompet menjerit dan kebutuhan dasar makin tak terbeli

Biarkan kami mengiringimu dengan doa dan terima kasih
Terima kasih telah menjadi pemberontak
yang tidak melulu tunduk pada kebakuan
yang setia pada kebebasan dan kesadaran
sebab imaji dan kreasi tak seharusnya didiskriminasi
oleh penjara estetika yang memaksa kita untuk memilih
antara 'jancuk' atau 'amin'

Kemarin kau lahir dan mati di tanah airmu
lalu disambut juruselamat
sebagaimana pernah kau katakan di depan cermin 

13/12/2022

Catatan: 

* Remy Sylado atau yang lahir dengan nama Yapi Panda Abdiel Tambajong, adalah sastrawan Indonesia pelopor puisi mbeling, yaitu suatu gerakan yang ditujukan untuk mengkritik sikap pemerintahan Orde Baru. Melalui puisi mbeling, ia juga mendobrak pandangan estetika yang menyatakan bahwa bahasa puisi harus diatur dan dipilih-pilih sesuai dengan stilistika yang baku. Menurutnya, bahasa puisi bisa diambil dari ungkapan sehari-hari, bahkan yang jorok sekalipun.  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline