Seabad lalu, ketika sang penyair lahir
menghirup udara di luar rahim untuk pertama kali
Masa hidupnya yang singkat
Belum lagi kepala tiga
sedangkan sejumlah penyakit menggerogoti tubuhnya
Tapi tidak dengan jiwanya
yang menyimpan api pemberontakan
yang melahirkan kata-kata
tentang cinta yang tak berbalas
tentang orang-orang yang tersisih dari kehidupan
tentang perjuangan yang tak kenal lelah
tentang kemesraan yang transendental dalam suatu doa
Bahkan sajak tentang kematian
seolah ia alamatkan kepada dirinya yang mati muda, "Hidup hanya menunda kekalahan"
Seabad lalu, ketika sang penyair lahir
mungkin tak pernah terpikir
bahwa di kehidupannya ia akan bersikeras untuk hidup seribu tahun lagi
Dan kita sama tahu, ia telah membuktikannya hingga hari ini
04/08/2022
***
Chairil Anwar yang lahir pada 26 Juli 1922 adalah penyair pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia. Semasa hidupnya, ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi.
Puisi-puisinya antara lain bertema individualisme ("Aku"), eksistensialisme, nasionalisme ("Karawang-Bekasi", "Persetujuan dengan Bung Karno", "Diponegoro"), kemiskinan ("Kepada Peminta-minta"), kematian ("Nisan"), ketuhanan ("Doa") hingga cinta ("Senja di Pelabuhan Kecil").
Puisi-puisi Chairil Anwar yang revolusioner, baik dari segi bentuk maupun isi, sejatinya merupakan kritik atas Angkatan Pujangga Baru. Jiwa pemberontak yang tercermin dalam puisi-puisinya sekaligus mendobrak kebebasan berpikir yang terkekang oleh kekuasaan Jepang pada saat itu.