Lihat ke Halaman Asli

Luna Septalisa

TERVERIFIKASI

Pembelajar Seumur Hidup

Kompasiana Award 2021 dan Catatan untuk Para Kompasianer Perempuan

Diperbarui: 28 November 2021   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasiana Awarding 2021-dokumen kompasiana.com

Sabtu malam, 27 November 2021 adalah hari deg-degan di mana nama-nama yang menjadi jawara diumumkan. Taklupa saya ucapkan selamat kepada semua pemenang. Mereka memang layak atas penghargaan tersebut.

Sebelum hari-H Kompasianival dan Kompasiana Award 2021, tepatnya ketika nama-nama nomine diumumkan, saya temukan ada beberapa artikel yang menyorot tentang kurangnya keterwakilan Kompasianer perempuan dalam ajang penghargaan ini.

Hari ini saya takakan mengomentari soal itu. Namun izinkan saya mengeluarkan unek-unek dan beberapa catatan untuk Kompasianer perempuan, terutama untuk saya sendiri.

Pertama, keterwakilan K-ner perempuan bukan hanya soal kuantitas

"Menurut saya, bukan soal kuantitas yang perlu dikejar, melainkan daya tahan produktivitasnya. Laki-laki kompasianer bisa terlihat dominan secara kuantitas rata-rata karena daya tahan produktivitasnya."

(Kompasianer Deddy Husein Suryanto dalam artikel Perempuan Kompasianer Mendominasi Nominee Best in Opinion, Kok Bisa?)

Ini bukan berarti saya tidak mendukung sesama perempuan. Saya juga berharap agar K-Award tahun depan jumlah nomine perempuan bertambah dan ada di setiap kategori, terutama di kategori Best in Fiction dan Best in Citizen Journalism yang tahun ini tidak ada nomine perempuan sama sekali.

Tapi seperti yang disampaikan oleh Deddy dalam artikelnya, butuh daya tahan produktivitas untuk bisa survive dalam ekosistem digital, baik secara luas maupun sempit (di Kompasiana).

Namun jika saya boleh menambahkan satu poin penting adalah apa nilai plus atau kekuatan yang kita punya sebagai K-ner perempuan dan bagaimana memanfaatkannya untuk bisa survive bahkan stand out di bidangnya masing-masing. 

Kedua, keinginan untuk selalu belajar dan berkembang

Saya memulai debut di Kompasiana sebagai penulis puisi. Kemudian saya beranikan diri untuk putar haluan ke nonfiksi dengan spesialisasi tulisan seputar isu lingkungan, humaniora, gaya hidup dan finansial. Topik-topik tersebut kebetulan memang minat saya.

Saya sengaja beralih ke nonfiksi karena merasa lebih termotivasi untuk selalu dan banyak belajar. Tidak hanya belajar bagaimana menyajikan artikel yang bermutu dan bermanfaat, tapi juga belajar bagaimana menyampaikan pemikiran atau pengetahuan mengenai suatu hal agar lebih mudah dipahami pembaca.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline