Lihat ke Halaman Asli

Luna Septalisa

TERVERIFIKASI

Pembelajar Seumur Hidup

Perlukah Cancel Culture sebagai Sanksi Sosial?

Diperbarui: 29 Maret 2022   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi cancel culture | Gambar diunduh dari Shutterstock/Zenza Flarini via sehatq.com

Kabar tentang bebasnya Saipul Jamil menjadi perbincangan hangat di berbagai media beberapa hari ini. Setelah hari bebasnya, ia juga diundang ke program talkshow di salah satu stasiun televisi dan kanal YouTube. Publik yang tidak terima kemudian melayangkan petisi untuk memboikot Saipul Jamil dari televisi.

Tidak hanya masyarakat atau warganet, sejumlah public figure, seperti Ernest Prakasa, Soleh Solihun, Angga Sasongko, dan sebagainya turut menyerukan boikot ini. Angga Sasongko bahkan sampai mengumumkan di Twitternya kalau akan menghentikan distribusi film Nussa dan Keluarga Cemara dari stasiun televisi yang mempekerjakan Saipul Jamil.

Aksi boikot yang dilakukan oleh sejumlah public figure dan masyarakat ini dikenal sebagai cancel culture.

Nah, apa sebenarnya yang dimaksud dengan cancel culture? Kapan dan bagaimana awal munculnya cancel culture? Apa dampak yang ditimbulkan dari cancel culture? Mari kita bahas satu per satu di artikel ini.

Apa itu Cancel Culture?

Cancel culture is the practice or tendency of engaging in mass canceling as a way of expressing disapproval and exerting social pressure

(Merriam-Webster online dictionary)

Secara sederhana, cancel culture adalah usaha kolektif masyarakat untuk memboikot seseorang atas perbuatan atau ucapannya. Biasanya seseorang yang diboikot ini telah melakukan suatu hal buruk, seperti pelecehan seksual, bersikap diskriminatif, melontarkan komentar rasis, dan sebagainya. 

Mereka yang diboikot atau di-cancel ini akan menghadapi beragam konsekuensi, seperti kehilangan kepercayaan publik, dikucilkan, dihina, dan dipandang rendah hingga kehilangan pekerjaannya.

Kemunculan istilah cancel culture ini diduga berawal dari laporan New York Times yang menyebut produser film Hollywood, Harvey Weinstein, diduga telah melakukan pelecehan seksual terhadap 16 perempuan (3 di antaranya diperkosa) pada 2017

Empat bulan setelah munculnya tuduhan tersebut, terdapat 150 artis lain yang ikut dituduh pernah melakukan kejahatan seksual, mulai dari Ben Affleck hingga Oliver Stone.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline