Lihat ke Halaman Asli

Luna Septalisa

TERVERIFIKASI

Pembelajar Seumur Hidup

Diderot Effect, Candu dan Ancaman Bagi Kesehatan Finansial Kita

Diperbarui: 4 Juni 2021   16:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Diderot Effect | sumber gambar: brightside.me

Alkisah, pada abad ke-18 ada seorang filsuf, sastrawan dan dramawan Perancis yang miskin, bernama Denis Diderot. Pria kelahiran Langres, Champagne, 5 Oktober 1713 ini dikenal sebagai Bapak Ensiklopedi Perancis.

Kisah ini bermula saat Diderot menerima hadiah berupa mantel sutra berwarna merah kirmizi dari seorang temannya. Sebagai seseorang yang hidup serba kekurangan, ia tentu senang sekali menerima hadiah yang begitu indah dan mahal.

Diderot dikenal sebagai seorang filsuf yang gemar membaca dan memiliki perpustakaan pribadi dengan banyak buku di dalamnya. 

Hidupnya yang miskin itu kemudian berubah saat Ratu Rusia, Catherine The Great, membeli perpustakaan miliknya dengan harga 1000 GBP pada tahun 1765.

Ketika Diderot tengah mengagumi keindahan mantel pemberian tersebut, ia berpikir bahwa mantel seindah dan semahal itu tidak cocok jika disandingkan dengan perabotan rumahnya yang sederhana. Maka, ia pun memutuskan untuk mengganti semua perabotan di rumahnya dengan perabotan baru yang lebih mewah.

Kursi dari kulit jerami yang sudah lapuk diganti dengan sofa elegan berlapis kulit dari Maroko. Meja tulis yang sudah rongsok diganti dengan meja terbaru. Wallpaper yang sudah koyak diganti dengan yang baru dan berwarna lebih cerah. Mesin cetak yang lama juga diganti dengan yang lebih canggih. Dengan itulah, Diderot merasa bahwa mantel merahnya berada di tempat yang pas dan layak.

Sayangnya, kebiasaan ini menjadi bumerang bagi Diderot sendiri. Ia memiliki banyak utang di sana sini hanya untuk mengubah tampilan rumahnya menjadi lebih mewah. Ia telah diperbudak oleh benda yang dikaguminya sehingga hidupnya menjadi miskin kembali.

Sikap borosnya inilah yang kemudian dikenal dengan nama Diderot Effect atau Efek Diderot.

Adalah Grant McCracken, seorang antropolog berkebangsaan Kanada, yang memperkenalkannya pertama kali pada tahun 1988 melalui bukunya yang berjudul "Culture and Consumption: Approaches New to Symbolic Character of Consumer Goods and Activities".

Secara sederhana, Diderot Effect dapat didefinisikan sebagai perilaku seseorang yang selau ingin membeli barang baru hanya untuk menyejajarkan barang mewah miliknya, meskipun sebenarnya barang itu tidak dibutuhkan.

Misalnya, Anda baru saja membeli baju baru dengan harga mahal dan modelnya sedang hits saat ini. Lalu Anda merasa sayang kalau baju semewah dan semahal itu disandingkan dengan asesoris berharga murah. Akhirnya, Anda membeli sepatu, tas, jam tangan dan asesoris lain yang baru, mahal dan mewah agar lebih serasi digunakan bersama pakaian Anda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline