Berbicara tentang perempuan, tentu tidak dapat dipisahkan dari kodrat, sifat, peran bahkan persepsi serta stigma yang dilekatkan padanya.
Manusia, sebelum menapaki alam dunia, pernah tinggal di dalam rahim seorang perempuan selama sembilan bulan sepuluh hari sebelum ia dilahirkan.
Kemudian ia akan disusui dan dibesarkan dengan kasih sayang serta didikan yang baik oleh seorang perempuan.
Dari hal ini saja kita harusnya sepakat bahwa perempuan--pada dasarnya--memang diciptakan sebagai makhluk yang kuat dan tangguh. Terlepas dari olok-olok yang menyindir perempuan tidak bisa mengangkat galon.
Saya perempuan. Saya selalu kagum akan ketangguhan seorang perempuan. Yang dengan ketangguhannya, ia mampu membuat dirinya berdikari dan berdaya. Yang dengan ketangguhannya, ia mampu menebarkan kebaikan pada orang-orang di sekitarnya.
Kita dapat melihatnya dalam beragam wujud. Dan mereka layak atas penghormatan serta apresiasi yang tinggi untuk hal tersebut.
Saya seorang muslimah. Saya selalu kagum dengan sosok-sosok ummul mu'minin (ibu kaum mukmin).
Sebut saja, Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Rasulullah Saw, yang terkenal dengan keuletan dan kepiawaiannya dalam berdagang. Beliau bahkan memiliki banyak karyawan yang bekerja padanya dan mampu menjual barang dagangannya hingga ke luar Jazirah Arab pada masa itu.
Aisyah binti Abu Bakar yang terkenal dengan kecerdasannya. Sampai-sampai dikatakan bahwa beliau termasuk salah satu tokoh yang banyak meriwayatkan hadits. Beliau juga beberapa kali mengkritisi hadits-hadits yang terindikasi misoginis.
Di Indonesia, kita memiliki sosok Kartini, sang pahlawan emansipasi. Sosok perempuan tangguh yang memperjuangkan hak dan kesetaraan bagi perempuan untuk bisa berpendidikan tinggi. Suatu hal yang pada masa itu dinilai melanggar tradisi.