Dalam suatu hubungan, entah itu percintaan, pertemanan, keluarga, pekerjaan atau bisnis dan sebagainya, idealnya harus saling menguntungkan. Ada sikap saling menghormati, menyayangi, mengasihi dan mendukung satu sama lain. Nyatanya, banyak orang di luar sana, mungkin kita salah satunya, yang malah terjebak dalam toxic relationship.
Toxic relationship memang sedang banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Termasuk dalam kajian-kajian psikologi. Tapi, apa sih sebenarnya toxic relationship?
Toxic relationship atau hubungan beracun adalah hubungan yang dapat merusak atau mengganggu kesehatan fisik dan mental. Terjebak dalam hubungan seperti ini benar-benar melelahkan dan tidak sehat.
Ketika kita berada dalam toxic relationship, kebahagiaan kita justru terenggut hanya demi menuruti apa yang orang lain inginkan. Kalau kita tidak bersikap seperti yang seseorang harapkan, orang ini akan marah pada kita. Jadi, rasanya seperti kita tidak punya kendali atas hidup kita sendiri. Semua aspek hidup kita jadi dia semua yang mengatur.
Banyak pasangan yang sebenarnya sadar bahwa hubungannya tidak sehat. Ditambah dengan pasangan yang kelewat posesif, suka ngatur-ngatur dan abusive. Tapi, kenapa mereka masih mau bertahan?
1. Merasa sudah terbiasa menghadapi perilaku buruk pasangan
Tidak ada manusia yang sempurna. Itu benar. Semua orang pasti punya sisi positif dan negatifnya masing-masing. Tapi kalau sisi negatif dari pasangan malah berpotensi menghancurkan diri kita bahkan hubungan itu sendiri, buat apa bertahan?
Kamu sudah tahu dia kalau marah suka main tangan, suka memaki, tapi masih memaklumi perbuatannya dengan alasan sudah biasa menghadapi sikapnya yang kasar. Hubungan seperti ini merugikan, kawan!
2. Takut akan kesendirian
"Kalau nggak sama dia, terus aku sama siapa?"
Menjalin hubungan dengan seseorang yang dicintai dan bertahan hingga maut memisahkan adalah impian banyak orang. Tak terkecuali mereka yang menjalani toxic relationship.
Walaupun mereka sadar akan perilaku abusive pasangannya, kadang mereka merasa takut untuk keluar dari hubungan yang tidak sehat itu. Mereka takut akan kesendirian. Takut tidak bisa menemukan pengganti yang tepat. Takut kesepian.