Lihat ke Halaman Asli

Luna Septalisa

TERVERIFIKASI

Pembelajar Seumur Hidup

Dari Ibu Aku Belajar Menjadi Perempuan Tangguh Berhati Lembut

Diperbarui: 22 November 2020   12:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi ibu dan anak-pexels.com

"Seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya"

Ketika diminta untuk menuliskan pandangan terhadap sosok dan peran seorang ibu dalam hidup saya, saya benar-benar tidak tahu lagi bagaimana mengatakannya. Bukan karena tidak ada hal baik dari ibu yang bisa saya ingat, melainkan karena saking banyaknya kebaikan dan kasih sayang yang tercurah sehingga saya tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menarasikannya. Bahkan artikel yang saya tulis ini pun tidak akan cukup untuk menggambarkan betapa besar peran seorang ibu dalam mendidik saya hingga bisa menjadi seperti sekarang. 

Mama (panggilan saya kepada ibu), di mata saya adalah sosok wanita mandiri, cerdas, tangguh namun hangat dan penyayang. Beliau adalah orang pertama yang mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai kehidupan pada saya. 

Mama adalah orang yang peduli pada pendidikan anak-anaknya. Pendidikan disini tidak hanya soal bagaimana kami bisa bersekolah tinggi dan memiliki gelar akademis agar dapat bekerja di perusahaan bergengsi. Bukan hanya tentang pendidikan formal atau beragam kursus berbiaya mahal untuk meningkatkan kemampuan. 

Apa yang beliau tanamkan lebih dari itu. Sejak kecil, sebelum kami mendapatkan pendidikan formal dan belajar ilmu lain, mama sudah menanamkan nilai-nilai agama dan moral kepada kami. Tentu saja disesuaikan dengan jenjang usia kami agar lebih mudah dipahami. 

Mama selalu mendorong dan mendukung anak-anaknya menjadi orang yang berilmu dan beradab. Kata beliau, ilmu yang kami dapatkan hendaknya bukan cuma untuk memperkaya diri, melainkan harus bisa memberi manfaat bagi orang lain. 

Beliau menanamkan empati dan semangat untuk berbagi. Prinsip yang beliau tekankan mengenai berbagi adalah bahwa apa yang kami terima juga ada hak orang lain sehingga kami harus memberikan hak tersebut kepada yang berhak menerimanya. 

Mama juga sering mengingatkan bahwa berbagi tidak akan membuat miskin. Justru dengan berbagi kita menjadi "lebih kaya", bukan hanya dari segi materi melainkan juga hal-hal non materi. Karena apa yang kita berikan suatu saat akan diganti dengan yang lebih baik. 

Hal inilah yang akhirnya menginspirasi saya untuk menulis. Bagi saya menulis adalah salah satu bentuk sedekah ilmu sehingga apa yang saya tulis haruslah bermanfaat dan memberi kebaikan pada pembacanya. 

Manfaat atau kebaikan itu dapat berupa banyak hal, seperti memberikan pengetahuan atau wawasan baru, menyadarkan orang lain untuk lebih peduli pada masalah-masalah sosial, memberikan motivasi atau dukungan emosional (emotional support) bahkan membuat orang tertawa dengan tulisan-tulisan yang menghibur. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline