Lihat ke Halaman Asli

Luna Septalisa

TERVERIFIKASI

Pembelajar Seumur Hidup

Melawan Diskriminasi Usia

Diperbarui: 2 November 2020   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi lansia sebagai salah satu korban ageisme-pixabay.com

Barangkali kawan-kawan generasi milenial sudah hafal tentang narasi-narasi yang digaungkan oleh partai-partai politik jelang pilpres 2019 lalu, di mana mereka saling berebut suara pemilih milenial. Mereka tampil sebagai pihak yang "seolah-olah" mewakili suara kaum milenial, lengkap dengan jargon-jargon heroik dan janji-janji manisnya. Namun yang terjadi adalah kursi kekuasaan masih dihuni oleh politisi-politisi tua senior yang terlalu nyaman dengan posisinya jadi masih bisa korupsi.

Oke, kita berhenti di sini. Karena saya tak hendak membahasnya dari sudut pandang politik. Itu hanya salah satu selingan ilustrasi. Mari lanjut ke ilustrasi lainnya. 

Pernahkah Anda memperhatikan iklan lowongan kerja? Entah lowongan untuk posisi apapun dan dari perusahaan atau institusi mana pun. Anda pasti sering menemukan persyaratan pelamar adalah yang berusia x tahun-y tahun. 

Seringkali usia yang dipatok maksimal 35 tahun. Malah ada yang 30 tahun bahkan ada yang lebih muda lagi. 

Sangat sulit menemukan iklan lowongan kerja yang menargetkan pelamar berusia 40 tahun ke atas. Kalau K-ner ada yang menemukannya, tolong bilang sama saya.

Bukan berarti saya mau daftar lho ya. Cuma kepo aja hehe

Apa Itu Age-isme? 

Dua ilustrasi di atas adalah contoh age-isme yang kerap kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, apa itu ageisme? 

Age-isme atau age-ism adalah prasangka atau diskriminasi terhadap individu semata-mata karena usianya. Intinya adalah diskriminasi usia.

Istilah ageisme pertama kali diperkenalkan oleh Robert Neil Butler pada tahun 1969 melalui tulisannya yang berjudul "Age-ism: Another form of bigotry" yang menggambarkan diskriminasi terhadap orang-orang lansia. 

Butler menyebut ada 3 elemen yang bertautan dengan age-isme. Pertama, prasangka terhadap orang-orang berusia tua dan proses penuaan. Kedua, praktik diskriminasi terhadap orang-orang berusia tua. Dan, ketiga, beragam praktik kelembagaan dan kebijakan yang melanggengkan stereotip terhadap orang-orang berusia tua. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline