tua senior yang terlalu nyaman dengan posisinya jadi masih bisa korupsi.
Oke, kita berhenti di sini. Karena saya tak hendak membahasnya dari sudut pandang politik. Itu hanya salah satu selingan ilustrasi. Mari lanjut ke ilustrasi lainnya.
Pernahkah Anda memperhatikan iklan lowongan kerja? Entah lowongan untuk posisi apapun dan dari perusahaan atau institusi mana pun. Anda pasti sering menemukan persyaratan pelamar adalah yang berusia x tahun-y tahun.
Seringkali usia yang dipatok maksimal 35 tahun. Malah ada yang 30 tahun bahkan ada yang lebih muda lagi.
Sangat sulit menemukan iklan lowongan kerja yang menargetkan pelamar berusia 40 tahun ke atas. Kalau K-ner ada yang menemukannya, tolong bilang sama saya.
Bukan berarti saya mau daftar lho ya. Cuma kepo aja hehe.
Apa Itu Age-isme?
Dua ilustrasi di atas adalah contoh age-isme yang kerap kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, apa itu ageisme?
Age-isme atau age-ism adalah prasangka atau diskriminasi terhadap individu semata-mata karena usianya. Intinya adalah diskriminasi usia.
Istilah ageisme pertama kali diperkenalkan oleh Robert Neil Butler pada tahun 1969 melalui tulisannya yang berjudul "Age-ism: Another form of bigotry" yang menggambarkan diskriminasi terhadap orang-orang lansia.
Butler menyebut ada 3 elemen yang bertautan dengan age-isme. Pertama, prasangka terhadap orang-orang berusia tua dan proses penuaan. Kedua, praktik diskriminasi terhadap orang-orang berusia tua. Dan, ketiga, beragam praktik kelembagaan dan kebijakan yang melanggengkan stereotip terhadap orang-orang berusia tua.