Silvany Austin Pasaribu, seorang diplomat muda dari Indonesia, profilnya kini menjadi viral di dunia maya setelah ia memberi peringatan keras kepada Vanuatu terkait isu-isu pelanggaran HAM di Papua.
Dalam video yang kini beredar di YouTube, ia menegaskan agar Vanuatu berhenti ikut campur mengenai isu tersebut.
Sebenarnya bukan kali ini saja Vanuatu "berulah" dengan menyinggung pemerintah Indonesia soal isu-isu pelanggaran HAM di Papua. Hal ini sudah pernah terjadi setidaknya sejak 2016 silam.
Berkali-kali pula Indonesia melalui perwakilannya di Sidang Umum PBB selalu menyinggung balik Vanuatu mengenai pentingnya menghormati kedaulatan negara lain.
Publik Indonesia pun meradang. Postingan-postingan di instagram @vanuatuislands menjadi sasaran kemarahan warganet Indonesia. Kata-kata bernada seksis dan rasis membanjiri kolom komentar. Bahkan postingan berupa foto anak-anak Vanuatu dalam rangka peringatan Hari Anak pun tidak luput dari sasaran caci-maki warganet.
Internet dan Budaya Shaming
Kemajuan teknologi internet rupanya belum tentu disertai dengan kemajuan pola pikir dan sikap penggunanya. Salah satu hal yang berkaitan erat dengan internet adalah berkembangnya budaya shaming atau online shaming.
Shaming atau tindakan mempermalukan orang lain di internet dapat dilakukan dengan cara menghina, menguntit sampai menyebarkan ancaman.
Online shaming bisa timbul akibat ucapan-ucapan, tindakan atau gambar yang pernah diunggah sehingga individu yang bersangkutan akan dipermalukan oleh warganet.
Budaya shaming sebenarnya tidak selalu buruk. Ada kalanya hal ini diperlukan untuk menyadarkan masyarakat agar berani bicara dan lebih peduli akan isu-isu sosial, seperti pelecehan seksual, rasisme, intoleransi dan sebagainya.