Lihat ke Halaman Asli

Luna Septalisa

TERVERIFIKASI

Pembelajar Seumur Hidup

Sajak tentang Pena dan Kertas Kosong

Diperbarui: 12 Oktober 2019   19:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pen and paper-photos by Aaron Burden on unsplash.com

"Kita diberi dua telinga untuk mendengar dan satu mulut untuk bicara. Namun, mengapa kita lebih banyak bicara daripada mendengar?"

Kadang aku ingin mengajakmu bicara tentang cuaca yang tak menentu,
tentang musim penghujan yang mampu menyuburkan rindu,
tentang keramahan matahari pagi yang tak pernah absen untuk selalu tersenyum
walaupun hati tertutup mendung
Aku ingin katakan betapa aku bersyukur bisa mengenalmu
walaupun kamu tidak pernah memperkenalkan dirimu padaku. 

Kadang aku ingin sekali bertanya padamu tentang remaja yang sedang dilanda cinta pertama,
tentang muda-mudi yang berada di persimpangan dan bingung memilih jalan
Mungkin karena terlalu banyak persimpangan
atau karena tak berfungsinya kompas kehidupan
Aku benar-benar ingin tahu apakah kamu sama bingungnya dengan mereka. 

Aku juga ingin sekali bertanya padamu kisah-kisah tentang orang-orang tua yang bijaksana
dengan nasihat-nasihatnya yang meneduhkan
Dari merekalah aku belajar kebaikan,
dari merekalah aku belajar kesabaran,
dan dari merekalah aku belajar memaafkan

Kamu beruntung sekali karena mengetahui banyak kisah dari beragam nama,
dari berbagai tempat,
sepanjang zaman
Tak pernah mengeluh
Tak ada suara
Mendengar dengan seksama
Padahal telinga pun kamu tak punya

12/10/2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline