Lihat ke Halaman Asli

Lembar Kosong

Diperbarui: 22 Januari 2017   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sudah lama tidak menuliskan apa apa di atas lembar kosong yang sering dibuka untuk kemudian ditutup lagi tanpa isi... 

"Kenapa nggak nulis lagi?"

"Entah..tulisanku nggak cukup bagus.. Ada yang kurang... "

"Kamu menulis untuk siapa? Kalo untuk orang lain, ya akan selalu ada yang kurang.. Yang memberi standard bagus siapa.. Sosial? Ya akan selalu kurang... Coba kembali ke kamu yang dulu.. Menulis untuk menulis.. Otak kamu sudah ga mampu mungkin merekam semua di sana.. Tumpahkan sedikit lah... Syukur2 kalo bisa memberi sesuatu untuk yang membaca.. Kalo bukan inspirasi, ya bahan cemoohan... Hahahha".

"Sial...  Hahahhaa... " 

Baru sadar... Semakin lama dunia perhakiman makin ramai dengan munculnya hakim hakim mendadak yang lupa bahwa kita semua sebenarnya hanya penikmat.. Pemain dalam drama besar semesta... Siapalah kita butiran debu yang berlagak menjadi semesta itu sendiri... Mungkin karena itu aku takut... 

Ketakutan yang makin besar saat meluncur di sosial media, semua didikte tentang standard kecantikan masa kini, standard keindahan, standard kebenaran. Seakan akan dunua ini hanya hitam dan putih... Tidak ada lagi warna yang dianggap indah... Tidak hitam berarti salah.. Tidak puth berarti tidak gaul... 

Entah apa yang terjadi di luar sana... Aku takut... Aku takut aku yang hilang kewarasan atau aku hanya takut karena tidak sama.... 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline