Dikutip dari artikel yang dipublikasi oleh DGB group, faktor utama terjadinya deforestasi di Indonesia adalah agrikultur.
Penggundulan hutan untuk membuat perkebunan kelapa sawit menjadi semakin lazim ditemukan. Menurut BPDP sawit pada 2022, hasil audit menemukan bahwa terdapat 16,8 juta ha kebun sawit di Indonesia.
Luasnya perkebunan sawit tentunya berkaitan erat dengan perilaku konsumsi masyarakat Indonesia.
Tak jarang kita jumpai makanan-makanan khas Nusantara yang diolah menggunakan minyak, produk kecantikqn yang menggunakan minyak, dan bahkan sumber energi ‘ramah lingkungan’ yang berbahan dasar minyak.
Oleh karenanya, untuk memenuhi permintaan yang ada, lahan hutan sedikit demi sedikit terkikis.
Perkebunan minyak kelapa sawit kerap kali dikaitkan dengan kekeringan, meski belum ada penelitian yang mampu membuktikan hal tersebut, perlu kita ketahui bahwa sifat kelapa sawit yang merusak biodiversitas menjadi ancaman nyata terhadap kesehatan lingkungan.
Hal ini berbeda dengan hutan yang memiliki lebih banyak manfaat bagi lingkungan. Hutan menjadi habitat bagi banyak flora dan fauna, hutan juga terkenal sebagai penyuplai oksigen yang luar biasa serta berkemampuan untuk menjaga kesuburan tanah.
Maka dari itu, kita tidak dapat terus melakukan deforestasi demi perluasan area perkebunan minyak kelapa sawit.
Kita membutuhkan hutan, dulu, kini, hingga di masa yang akan datang.