Pagi ini saya memulai hari dengan menyeduh kopi instan yang terlalu manis untuk dinikmati. Meski begitu, kopi instan masih jadi pilihan paling aman untuk lambung saya pada dini hari. Seperti kopi instan, gaya komunikasi pun juga tentang selera masing-masing. Setiap orang memiliki cara tertentu untuk menyeduh dan meramu "rasa" yang membuat mereka merasa nyaman dan aman, sesuai dengan kapasitas mereka untuk mengusahakan, sesuai pula dengan kebutuhannya.
Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan, bagaimana kita menggunakan gaya komunikasi yang telah kita pilih, serta cara paling baik untuk mengenalinya, juga memahaminya agar mampu terkoneksi dengan individu lain di luar diri.
Sebagai makhluk sosial, manusia tak pernah lepas dari perannya, yaitu menjadi bagian dari kelompok. Hal ini membuat kita senantiasa berinteraksi dengan satu sama lain sembari memikul tanggungjawab sosial untuk berkomunikasi. Hanya saja, ada masa dimana berkomunikasi dengan gaya yang tidak sesuai malah menjadi beban dan justru membuat kita kewalahan.
Lalu apa dampaknya?
Tentu kejadian-kejadian seperti itu akan memberikan lebih banyak kerugian. Bayangkan sistem distribusi alur komunikasi seperti sebuah pipa yang bercabang-cabang. Sebagai bagian dari tim, kita wajib memastikan bahwa informasi tertentu memang betul-betul sampai pada keran yang sesuai, tanpa tercemar. Kalau tidak, maka informasi yang ingin disampaikan bisa jadi terhambat atau tidak diterima dengan baik, sehingga bisa menimbulkan kesalahpahaman. Bukankah hal ini malah akan berdampak buruk pada kinerja tim, mengingat komunikasi merupakan kunci dari tim yang efektif?
Menyadari preferensi komunikasi merupakan hal yang sangat penting.
Menurut CEO Lumina Learning, Stewart Desson (2021), cara memfasilitasi tim untuk mencapai tingkat kinerja yang tinggi adalah dengan merawat self-awareness dan awareness terhadap orang lain. Hal ini dapat membantu anggota tim mengatur dinamika antara dirinya sendiri dan tim mereka.
Terkadang niat baik yang kita miliki belum tentu tercermin dalam perilaku kita yang sebenarnya. Hal ini membuktikan bahwa meskipun ada banyak sekali pembahasan tentang bagaimana cara meningkatkan performa tim, tetap saja memfasilitasi sebuah tim merupakan hal yang kompleks dan masih menjadi tantangan hingga hari ini
Kita dapat menyadari preferensi komunikasi yang kita miliki dan yang dimiliki orang lain, serta bagaimana cara mengkolaborasikannya dengan memahami 4 prinsip dasar Lumina. Prinsip-prinsip dasar Lumina disusun seperti sebuah piramida, yang mengindikasikan bahwa kita harus menguasai tingkatan paling dasar sebelum beralih ke tingkat selanjutnya, hingga sampai pada puncak piramida.