Lihat ke Halaman Asli

Agung Lumbantoruan

Pencinta Aksara

Trend Adibusana 2014: Orange is The New Black!

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1387652223954343896

Apakah kesamaan perempuan-perempuan berikut ini Artalyta Suryani (29 Juli 2008), Nunun Nurbaetie (10 Mei 2012), Miranda Goeltom (27 September 2012), Angelina Sondakh (10 Januari 2012), Siti Hartati Mudaya (4 Februari 2013)?

a.Sama-sama Ibu-ibu b.Sama-sama Ibu-ibu pelaku tindak pidana korupsi c.Sama-sama ibu-ibu pelaku tindak pidana korupsidan sosialita penuh gaya d.Sama-sama koruptor yang tidak tahu malu dan tidak punya hati nurani?

Berhubung ini bukan pertanyaan dalam Ujian Nasional melainkan ujian terhadap masa depan bangsa Indonesia maka ada baiknya bilamana gagasan KPK yang memberikan kado tahanannya dengan baju khusus itu perlu disempurnakan.

Marilah kita perhatikan para model tahanan KPK berikut ini :

[caption id="attachment_285256" align="aligncenter" width="600" caption="Miranda Goeltom - Angelina Sondakh - Ratu Atut Chosiyah - Neneng Sri Wahyuni"][/caption]

Adapun alasan KPK mengeluarkan kebijakan baju tahanan tersebut adalah salah satu bentuk inovasi yang diharapkan mampu menimbulkan efek jera bagi koruptor. Bila sebelumnya bewarna putih maka sekarang menjadi oranye. Akan tetapi faktanya para pesakitan yang berkostum tahanan KPK terkesan biasa-biasa saja. Artinya efek jera dalam berbusana tahanan KPK belum seperti yang diharapkan. Sehingga tidak mengherankan bilamana seragam tersebut kemudian disalahartikan dengan memperjualbelikannya sebagai barang dagangan. Bisa saja fenomena ini dipahami bahwa korupsi itu sudah biasa sehingga boleh dimaklumi. Bila benar ini yang terjadi maka cepat atau lambat keinginan mulia yang menjadi dasar pembentukan KPK secara serta merta bisa luntur dengan sendirinya.

[caption id="attachment_285257" align="aligncenter" width="600" caption="KPK memperlihatkan model baju tahanan KPK (kompas.com)"]

1387652835451574987

[/caption]

Sekalipun kinerja KPK dibawah kepemimpinan Abrahman Samad sejauh ini masih memperoleh apresiasi positif dari masyarkat, alangkah baiknya bila KPK secara institusional belajar dari Kementerian Desain Republik Indonesia yang menyelenggarakan sayembara terbuka bagi siapa saja untuk menampilkan bagaimana seharusnya langgam baju tersebut.

Simaklah beberapa hasil pemenang lomba tersebut :

[caption id="attachment_285258" align="aligncenter" width="600" caption="Desain model baju tahanan kpk karya Dhidit Donat, Mokko dan Dwihanto (kdri.web.id)"]

13876534121046967408

[/caption]

Selain itu menampilkan para peragawan dan peragawati tahanan KPK lengkap dengan baju jirah kebesarannya dalam situs internet KPK adalah sebuah gagasan yang positif. Cobalah cari gambar-gambar para korban KPK yang di dunia maya seperti Nunun Nurbaetie dan Siti Hartati Mudaya yang sedang berbusana tahanan KPK. Sulit sekali. Bahkan dalam laman KPK sendiri. Kalau bisa gambar para ‘fotomodel’ ini terlihat dengan jelas raut wajahnya sehingga bisa dikenali oleh setiap orang tanpa terkecuali. Bukankah setiap penduduk Indonesia berhak mengetahui siapa-siapa saja yang bersangkutan dengan amat sangat jelas karena telah melukai kepentingan hajat hidup orang banyak? Barangkali inilah yang dinamakan berani jujur itu hebat.

[caption id="attachment_285262" align="aligncenter" width="300" caption="Kuantar ke Gerbang (indonesiasetara.org)"]

13876558991129613369

[/caption]

Sebelum mengakhiri artikel ini ada baiknya bila kita semua belajar kepada sosok Ibu Inggit Ganarsih yang diriwayatkan oleh Ramadhan KH dalam sebuah kitab berjudul “Kuantar ke Gerbang”. Buku ini bercerita mengenai kisah kehidupan asmara beliau dengan Soekarno muda. Sebagai seorang bunda, Ibu Inggit yang memotivasi Soekarno supaya menyelesaikan kuliahnya. Sebagai seorang kekasih, Ibu Inggit adalah kekasih yang setia di masa-masa sulit Soekarno. Sebagai sahabat, Ibu Inggit sering menjadi teman diskusi Soekarno sekalipun lebih banyak mendengarkan. Manakala Soekarno jatuh hati kepada Fatmawati, Ibu Inggit tidak bersedia dipoligami. Beliau tidak silau akan harta, tahta apalagi kuasa.

Bahkan konon kabarnya seorang Bung Hatta yang seumur hidupnya tak terkorupsikan, di masa tuanya pernah menyesali perbuatannya ketika berusaha membantu Soekarno mempercepat proses perceraian dengan Inggit Ganarsih.

Padahal sesungguhnya Ibu Inggit Ganarsih adalah seorang janda yang tidak berpendidikan tinggi di jamannya dan hanya berstatus warga negara biasa.

Seandainya saja Ibu Siti Hartati Murdaya , Ibu Angelina Sondakh, Ibu Miranda Goeltom, Ibu Nunun Nurbaeti dan Ibu Artalyta Suryani serta ibu-ibu sejenisnya bisa memiliki prinsip hidup seperti Ibu Inggit maka citra kaum perempuan Indonesia dan ibu-ibu khususnya bisa tetap terjaga.

Apalagi jika  perempuan yang punya prinsip baik, tegas dan jelas seperti Ibu Inggit menjadi Ibu Negara maka akan tetap terjaga wibawa suami karena tidak akan berpoligami, tidak melakukan tindak pidana korupsi dan tidak sekedar merekayasa citra diri. Sebab nafsu duniawi tidak akan pernah bisa mengelabui sehatnya nurani untuk seseorang yang bernama Ibu Inggit Ganarsih. Selamat Hari Ibu kepada semua ibu-ibu termasuk ibu-ibu pelaku korupsi dari anak-anak negeri yang bernama Indonesia. Keterangan Gambar : 1.       Gambar model foto tahanan KPK searah jarum jam adalah Miranda Goeltom, Angelina Sondakh, Ratu Atut Chosiyah dan Neneng Sri Wahyuni. 2.       Gambar desain baju tahanan KPK searah jarum jam adalah karya anak bangsa yakni Dhidit Donat, Mokko dan Dwi Hanto.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline