Pukul 7.20 malam, di gedung sandiwara.
"Arabel, bangunlah," seorang gadis mengetuk pintu, "sekarang giliranmu naik ke panggung!"
Pintu kamar perlahan dibuka. Arabel tampak sudah siap.
"Oh, lihat cantiknya dirimu ...," gadis di depannya tersenyum. "Cepat naiklah ke panggung. Para penonton sudah menunggumu."
Arabel mengangguk dengan lemah, "mari selesaikan pertunjukan ini."
Pentas sandiwara itu pun kembali dilanjutkan.
Tak ada yang tahu Arabel telah tertembak. Sambil menahan sakit, gadis itu tetap saja memerankan Imogen sang putri kerajaan dengan penuh daya pikat. Para penonton tak bisa melepaskan pandangan darinya. Dialah tokoh utama pertunjukkan malam ini.
Dari menit ke menit Arabel terus merasakan tubuhnya melemah. Gadis itu takut akan jatuh pingsan. Pertunjukkan ini rasanya begitu lama, tak kunjung selesai.
Pemuda tampan yang berperan sebagai Posthumus, kekasih Imogen dalam pertunjukkan ini, rupanya sadar ada yang tidak beres. Ia pun bergegas memeluk Arabel. Arabel kaget karena adegan itu tidak ada dalam skenario.
"Kau sakit?" Pemuda itu berbisik. "Bersandarlah padaku hingga pertunjukkan selesai."
Arabel mengangguk. Mereka pun melanjutkan dialog drama dengan terus berpelukan. Para penonton yang tak paham situasi sebenarnya, justru terbuai. Betapa mesranya pasangan kekasih itu.