Lihat ke Halaman Asli

Man jadda wajada

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Tertatih-tatih difase kualifikasi zona comenball, akhirnya Argentina bisa meraih satu tiket ke Piala Dunia 2010. Dan malam kemarin setelah mengalahkan Korea Selatan 4-1, Argentina memastikan diri sebagai tim pertama yang lolos ke babak 16 besar. Prestasi ini seolah menjawab keraguan publik Argentina dan juga pencinta sepakbola akan prestasi kesebelasan ini difase kualifikasi yang lalu.

Jika ada negara yang paling banyak mendapatkan sorotan sebelum bergulirnya Piala Dunia di Afrika Selatan, maka negara itu adalah Argentina. Sebab, dengan memiliki latar belakang pemain yang matang di klub-klub raksasa Liga Eropa, serasa tidak mungkin Argentina harus tertatih-tatih untuk bisa lolos ke Piala Dunia.

Barangkali disinilah ujian dan konsekuensi menjadi tim yang mempunyai nama besar. Prestasi yang diraih harus berbanding lurus dengan nama besar yang dimiliki. Jika prestasi yang diraih kemudian adalah bertolak belakang dengan nama besar itu, maka sorotan dan kritikan akan sering terdengar. Dan konsekuensi dari kritikan selalu hadir bagaikan pisau bermata dua, tergantung pada bagaimana kita menyikapi kritikan tadi. Pada mata pisau yang satu, kritikan bisa mendorong ke prestasi yang luar biasa. Pada mata pisau yang satunya lagi, kritikan bisa membawa pada keterpurukan yang juga luar biasa.

Maka, jika semalam Argentina menjadi tim pertama yang lolos ke babak 16 besar, saya meyakini bahwa kesebelasan ini telah menjadikan kritikan dan keraguan publik sebagai sebuah pembelajaran dan pendorong ke arah pencapaian prestasi yang lebih besar. Tentunya, dengan pencapaian yang diperoleh malam kemarin, banyak kalangan berharap agar Argentina bisa terus menang hingga nantinya memenangi Piala Dunia.

Namun, Piala Dunia belum berakhir. Masih banyak pertandingan yang harus dilewati untuk menentukan siapa yang berhak mengangkat trofi dan menerima tepuk tangan. Kita masih akan menunggu, menonton, dan mendukung tim favorit kita masing-masing.

Saya pun menaruh harapan pada Argentina. Ini bukan berarti tim kesayangan saya adalah Argentina. Hati saya masih untuk Brasil, walaupun sesekali datang bisikan untuk memihak pada anak-anak muda Spanyol. Namun saya tak bisa membohongi diri kalau ternyata diam-diam saya telah jatuh cinta pada Argentina.

Jatuh cinta saya ini lebih kepada bahwa jika Argentina nantinya memenangi Piala Dunia 2010 maka inilah yang akan tertulis dalam sejarah:

Tertatih-tatih dibabak penyisihan pra piala dunia, dikritik dan diragukan bisa lolos ke Afrika Selatan lalu kemudian lolos. Meraih poin penuh dipenyisihan grup, bermain (berjuang) babak demi babak, lalu akhirnya Argentina memenangi Piala Dunia 2010.


Pencapaian Argentina ini nantinya akan dapat mengispirasi siapa saja. Ini akan memberitahukan kepada kita bahwa hidup ternyata bukan hanya persoalan nama besar. Hidup juga bukan hanya persoalan menang dan kalah. Tetapi hidup pastilah tentang perjuangan. Man jadda wajada.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline