Lihat ke Halaman Asli

Yang Tersisa dari Kita

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau masih ingat anak panah yang kau belokkan arahnya ? Pada sebuah penunjuk jalan yang membuat banyak orang tersesat menghadiri pesta perkawinan Lalu, layaknya pahlawan kita pandu mereka menuju tempat yang menghilangkan gundah mereka Kita tertawa dengan recehan yang mampir di kocek celana abu-abu yang berplester bagian buritnya

Aku tak pernah lupa saat kita menjadi sepasang Jaka Tarub Ya, kau jaka dan aku tarub Mengintip bidadari menyanyi tarling cinta Sayang, kita sering salah adegan

Malam yang tak pernah jauh dari ingatanku Kita belajar menikmati rasa tembakau dari halimun yang kita telan Kita menikmatinya dengan sebungkus es teh bersodium Sempurnalah tenggorokan kita oleh batuk yang dicipta sodium dan asap

Di atas kubah masjid yang belum jadi kita pernah pekikkan : Membunuh derita kemiskinan dengan impian Menjadi lelaki hebat untuk wanita yang darahnya pernah melumuri tubuh Menjadi penuai kehormatan dari semesta alam Kelak saat asmara adalah hidup kita, jadilah bapak yang bersel tunggal

*Namun kau pergi kawan. sesaat tubuhmu dipukulkan ke tiang listrik dan wajahmu digeruskan di trotoar pinggiran kota, tempatmu mencari dendam masa kecil ----- mengenangmu yang pergi selamanya bersama sepeda motor yang remuk hingga tak terkenali merknya ------

*Ilustrasi minjem : di sini

*Kota tua sacheon ( Korea kidul ) : 2011-11-18

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline