Lihat ke Halaman Asli

Caraku agar Tetap Waras Menghadapi Anak Sambung yang Sudah Remaja

Diperbarui: 5 Juli 2022   23:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tribun Jatim.com

Mungkin aku senasib dua nasib dengan Natalie Holscher. Bedanya dia dinikahi duda kaya, sedangkan aku menikahi duda nestapa

Tapi dalam menghadapi anak sambung yang sudah remaja ataupun sudah dewasa kami senasib. Memang bisa dikatakan bahwa menghadapi anak sambung yang sudah besar adalah hal yang sulit. Dikarenakan mereka sudah punya pemikiran sendiri bagaimana mereka harus menjalani kehidupannya

Maka tak heran kehadiran kita dianggap akan mengjungkir balikkan semuanya. Seperti kisah anak sambung ku yang mengatakan bahwa kehadiranku telah mengubah kehidupan bebas dan borosnya tiga ratus enam puluh derajat. Dia bahkan menuduhku hanya untuk menumpang hidup pada Ayahnya.

Awalnya aku terpukul dan stress, karena suamiku pun tak mampu menjembatani jurang diantara kami. Namun aku memutuskan untuk tetap waras dengan caraku ini

- Jika selama ini, aku sering monitor jam pulang ke rumah, sekarang kuberikan tanggungjawab itu pada ayahnya. Jika dia melanggar aku ingatkan pada Ayahnya. Aku berusaha untuk tak lagi langsung mencampuri kehidupannya

- Soal keuangan kuberikan semua perincian padanya. Mulai dari berapa pendapatan, berapa pengeluaran tiap bulannya. Biar dia perlahan - lahan memahami bahwa uang yang sedikit itu ternyata harus dikelola dengan baik. 

- Kubiarkan dia membersihkan sendiri pakaian sehari - harinya juga kebersihan kamarnya. Untuk melatih dia punya rasa tanggung jawab dan juga empati. Jika selama ini ku kerjakan sendiri sembari ngomel, maka ini saatnya kurelease stressku

- Ku tutup telinga terhadap omongan keluarga, yang selalu sebut aku tak mampu mengasuhnya dengan baik. Ingat!, bukan mereka yang menjalani rumah tangga kita.

So, para ibu sambung diluar sana, berhentilah untuk menjadi ibu sambung yang sempurna, seperti predikat yang disandang aktris Ashanti. Karena kita menghadapi isi kepala orang yang berbeda.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline