Lihat ke Halaman Asli

Ketika Istri Menjadi Tulang Punggung

Diperbarui: 16 Maret 2018   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

doc : tribunnews.com

Berumah tangga sejatinya dimana seorang pria bekerja memenuhi keperluan keluarga. Jikalaupun sang istri bekerja itu hanyalah sebatas menopang perekonomian mereka saja. Namun di era ekonomi yang serba sulit ini banyak perempuan yang justru bekerja sebagai tulang punggung bagi keluarga. Dan suami tinggal di rumah mengasuh dan menjaga anak -- anak.

Hal ini sebetulnya boleh -- boleh saja sepanjang suami dan istri senang melakoninya. Yang menjadi persoalan adalah jika sang suami menunjukkan rasa tidak senang tatkala istrinya yang menjadi tonggak dalam perekonomian mereka

Serba salahnya seorang istri yang bekerja

Ketika seorang istri bekerja sebagai penopang ekonomi keluarga, sangat jarang sekali suami yang merasa tidak senang. Berbeda ketika dia menjadi tulang punggung, maka akan banyak hal yang sering menjadi pemicu percekcokan.

Suami minder dan menarik diri dari pergaulannya hanya karena dia berperan mengasuh anak. Sementara sang istri bekerja untuk kebutuhan keluarga

Sensitif. Tidak bekerja seringkali membuat suami gampang marah dan terlalu sensitif. Salah berbicara bisa menjadi pemicu pertengkaran dengan istri. " Iyalah, mentang -- mentang kamu yang nyari duit!". Ucapan seperti itu seringkali saya dengar dari suami temanku yang tidak bekerja

Merasa tak dihargai sebagai suami. Pernah suatu kali aku menolak mengambilkan handuk untuk suami. Karena saat itu aku merasa kelelahan sepulang kerja. Lalu suami berkata begini " Walau kamu yang nyari duit, tetapi perlu dong kamu hargai aku sebagai suami".

Cemburu dan curiga. Melihat istri berdandan lebih cantik dari biasanya, pulang lebih lama, atau ikut hangout sama teman kerja bisa dijadikan alasan oleh suami untuk mencemburui dan mencurigai sang istri.

Menjadi tulang punggung bagi keluarga seringkali menjadi dilema buat para istri. Mereka harus mengelus dada mendengar cibiran ibu -- ibu tetangga, menghadapi suami yang terkadang malah membuatnya serba salah, anak -- anak yang membutuhkan perhatian ibu mereka, dan di tempat kerjapun mereka masih harus berhadapan dengan berbagai persoalan. Jika boleh memilih tentunya mereka tuh menginginkan tinggal di rumah dan dekat dengan anak -- anak. Daripada harus berkecimpung di dunia kerja.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline