Lihat ke Halaman Asli

Menanti Janji Riana

Diperbarui: 7 Januari 2016   17:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kuputuskan untuk tidak lagi menunggu, setelah berjam jam lamanya kunanti kedatanganmu di bandara ini tanpa sebuah kepastian. “Riana, kamu telah membuatku merasa konyol!”. “Ataukah kamu sedang menguji kesabaranku dalam sebuah penantian?”. “Sudah tidak saatnya Riana!, cinta kita sudah teruji oleh waktu dan jarak”. “Tidakkah kamu lihat bagaimana aku setia walau tanpa hadirmu disisiku?”.

Kupacu laju kendaraan ku dengan perasaan marah dan jengkel. Namun jauh dilubuk hatiku terbersit sebuah tanya “Ada apa?,tidak biasanya kamu ingkar pada janjimu”. Malam semakin larut, belum juga ada kabar darimu. “Riana, kamu memang wanita sialan!” makiku pada photomu yang kupajang di kamarku.

“Dicky, bergabung sama kita yuk” Leo menelpon dan mengajakku bergabung menghabiskan malam tahun baru bersama. Ajakan yang tepat di saat amarah di dada tidak lagi bisa kubendung. “Riana, minuman haram ini mungkin mampu mengusir bayangmu dari pikiranku”. “Persetan dengan janji kedatanganmu Riana!”
“Jika cinta, dia tidak akan membuatmu menunggu Dicky”
“Hubungan jarak jauh jarang yang berhasil bro”
“Wah banci loe bro, seperti tak ada wanita lain saja” Leo si Don Juan memandangku sinis.

Sebuah pesan singkat masuk di ponselku pagi ini, nomor yang tidak kukenali. “ Riana mengalami kecelakaan malam tadi saat hendak pulang ke Jakarta. Sepupunya meninggal di tempat dan Riana sendiri masih dalam keadaan kritis hingga saat ini”. “Tuhan!!! Selamatkan Rianaku, ampuni aku yang telah mencurigainya.

Segera kuhubungi nomor si pemberi pesan. “Sial!!,,, nomor tak bisa di hubungi”. “Teka teki apalagi yang harus saya jawab dalam penantian ini Riana?”. Saya tak tahu harus menemuimu dimana, dan harus usaha apa agar kamu dan aku bisa bersama.

“Riana!”
“Andai aku punya sayap, kan kulintasi semua jarak yang angkuh”.
“Kubalut tubuhmu dalam hangatnya dekap sayapku”.
“Bersama kita, terbang melintasi batas waktu”

“Riana!”
“Walau waktu dan jarak belum berpihak pada cinta kita”
“Berjanjilah untuk memberiku sekeping asa”.
“Asa bahwa penantian ini akan berujung indah”.

“Riana”
“Berjanjilah akan kembali membawa cinta kita”.
“Menyatukan waktu dan jarak pemisah”

“Riana, kugantungkan harapku pada janjimu!”.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline