Lihat ke Halaman Asli

Cukupkanlah Apa yang Ada Padamu

Diperbarui: 1 Juli 2015   16:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemaren lihat postingan foto dari salah seorang teman di facebook. Dimana dia nya mengeluhkan tentang adanya pungutan liar dari aparat setempat untuk memberikan bantuan Tunjangan Hari Raya berupa Moril, Materi ataupun Minuman. Caption dari photo teman tersebut kira kira seperti ini “ mulai bertandangan yang seperti ini, saat kita butuh mereka tidak ada”. Lalu saya menanggapi “ Wah hari gini masih ada ya yang begini beginian mbak?”. seraya mengakhiri komen saya dengan emoticon sedih.

Photo dr fb teman


Melihat postingan tersebut, saya jadi teringat guyonan seorang teman mengenai para aparat yang seringkali bagaikan pemalak bagi para penggiat usaha. Kira – kira begini guyonan nya. “Lebaran Bapak datang, Natalan Bapak datang, Imlek juga Bapak datang. Bapak punya agama apa ya” (baca dalam logat keturunan tionghoa). Maaf bukan mengarah ke SARA ya. Ini hanya sekedar membenarkan bahwa apa yang dijadikan guyonan tersebut memang nyata adanya. Seringkali para penggiat usaha merasa tidak nyaman dengan pungutan pungutan tidak jelas saat datangnya perayaan agama. Seakan akan menjadi hal yang wajib bagi mereka untuk sekedar memberikan minuman ataupun parcel untuk aparat. Satu lagi guyonan lucu mengenai para aparat kira kira seperti ini “ Owe kasih rokok, Bapak tak mau. Owe kasih duit, rokok juga Bapak ambil”

Terkadang saya juga bertanya-tanya, memangnya para aparat kita punya income berapa ya?. Sampai sampai mereka mau bagai pengemis exclusive demi satu dus parcel atau minuman?. Tetapi sekecil apapun income yang diperoleh sebaiknya di syukuri. Jangan terlalu memuaskan keinginan. Juga jangan pernah iri jika melihat tetangga mampu menyajikan berbagai minuman dan makanan yang banyak saat perayaan. Saya pernah membaca sebuah kutipan yang kira kira bunyinya seperti ini “Cukupkanlah apa yang ada padamu”. Menurut pengertian saya kutipan tersebut mengingatkan kita untuk bijak dalam hal keinginan. Jangan pernah silau dengan sesuatu yang lebih kalau ternyata kita pun kurang. Jika semua pihak mampu menguasai dan mengontrol keinginan, niscaya negara kita ini akan bersih dari korupsi dan pungutan pungutan liar. Mungkin bagi sebagian kita beranggapan bahwa yang aparat minta tersebut tidaklah seberapa, bahkan tidak akan membuat rugi. Tapi lagi lagi menurut saya, adalah jauh lebih bermamfaat jika memberi pada orang yang membutuhkan. Daripada memberi untuk orang orang yang hanya sekedar memuaskan keinginan semata.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline