Lihat ke Halaman Asli

Lulu T Fikriyah

Universitas Pendidikan Indonesia

Tangis Pilu Maru: Fenomena Homesick di Kalangan Mahasiswa Baru

Diperbarui: 3 November 2023   07:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Homesickness is a ''state of distress among those who have left their house and home and find themselves in a new and unfamiliar environment'' (van Tilburg, Vingerhoets, & van Heck, 1996).

                 Tidak ada kata yang bisa menggambarkan perasaan hati ketika melihat latar biru terpampang di layar saat pengumuman kelulusan perguruan tinggi, puas, terharu, sedih, senang bercampur jadi satu di hari itu. Namun, kesenangan itu hanya sesaat berganti dengan perasaan bingung dan ragu yang menyelimuti diri bagaimana tidak, tempat baru, teman baru, jam tidur yang baru, cara belajar yang baru tak membuat semua orang exited menghadapinya. Ibaratnya menjadi mahasiswa baru seperti berdiri di atas garis start sebuah lintasan, jaraknya tentu akan sama namun waktu tempuh tiap individu tak ada yang tahu, ada yang bisa melewatinya dengan mulus tanpa hambatan, ada juga yang mudah lelah dan memutuskan untuk menyerah, ada juga yang berjalan santai namun bisa sampai, semua hal bisa terjadi di lintasan tersebut.


                 Tahun pertama adalah tahun transisi di mana semuanya berubah 90 dari kebiasaan normal, menjadi mahasiswa adalah sebuah pengalaman baru yang menarik bagi banyak orang dewasa muda. Bagi sebagian orang, rasa rindu kampung halaman yang mendalam dapat membuat masa transisi ini menjadi sulit. Homesick---didefinisikan sebagai kesusahan atau gangguan yang disebabkan oleh perpisahan yang nyata atau yang sudah diantisipasi dari rumah--- Penderitanya biasanya merasa stress dan cemas, cenderung menarik diri, dan kesulitan fokus pada perkuliahan yang sedang berlangsung bagi mahasiswa luar daerah, rasa rindu kampung halaman yang mendalam merupakan suatu permasalahan yang sangat besar. Hal ini dapat memperburuk gangguan suasana hati dan kecemasan yang sudah ada sebelumnya, memicu masalah kesehatan mental dan fisik baru, dan terkadang menyebabkan rasa ingin mengundurkan diri semakin meningkat.   Thurber dan Walton (2012)


                  Fisher dan Hood (1988) menemukan bahwa mahasiswa tahun pertama yang menunjukkan tanda-tanda insecure dan keterampilan sosial yang buruk sebelum memasuki kehidupan universitas memiliki kecenderungan lebih besar untuk menunjukkan tanda-tanda homesick selama masa kuliahnya. Selanjutnya, Fisher dan Hood (1988) menemukan bahwa "individu yang rindu kampung halaman mengalami stres yang dirasakan lebih besar sehubungan dengan semua  perpindahan dan perubahan aktivitas dibandingkan rekan-rekan mereka yang tidak rindu kampung halaman."

Transisi hidup yang mencakup perpindahan ke lokasi baru menimbulkan stres, terutama jika kesulitan muncul di lingkungan baru. Peran self-compassion sangat esensial  dalam memoderasi reaksi mahasiswa terhadap kesulitan sosial dan akademik dalam transisi ke perguruan tinggi.   

Neff & Germer (2007) mendefinisikan self-compassion sebagai kebaikan hati dan pemahaman yang timbul dari diri dengan melibatkan perilaku yang sama terhadap diri sendiri ketika sedang dalam kesulitan, kegagalan, atau mengingat suatu hal yang tidak disukai. Singkatnya self- compassion, yaitu ketika seseorang memperlakukan dirinya dengan baik selama situasi sulit. Mahasiswa yang memiliki nilai lebih tinggi dalam hal self-compassion dapat mengatasi kesulitan dengan lebih sukses, bisa menekan perasaan homesick dan lebih sedikit depresi, serta menyatakan kepuasan yang lebih besar terhadap keputusan mereka untuk masuk universitas.(Terry et al,. 2013)

Mahasiswa yang mengalami homesick sering kali mengalami gangguan konsentrasi dan motivasi yang rendah sehingga dapat menurunkan prestasi akademiknya. Rindu kampung halaman juga dikaitkan dengan insomnia, gangguan nafsu makan, dan masalah pencernaan, serta masalah kesehatan yang lebih serius seperti defisiensi imun dan diabetes (van Tilburg dkk., 1996). Rindu kampung halaman juga dikaitkan dengan depresi (Vershuur, et al,. 2004) dan kesepian (Stroebe, et al,. 2002). Akibat kurangnya koneksi sosial dan nilai yang buruk, mahasiswa yang rindu kampung halaman tiga kali lebih besar kemungkinannya untuk putus kuliah dibandingkan mereka yang tidak rindu kampung halaman (Burt, 1993). 

Dapat disimpulkan bahwa homesick bisa terjadi pada mahasiswa baru  dan tidak melihat jenis kelamin namun karakter bawaan memang berpengaruh terhadap ketahanan dalam menghadapi tantangan (Khademi dan Aghdam, 2013). 

Homesick juga bisa terjadi karena berbagai faktor, baik internal maupun eksternal homesick adalah suatu hal yang normal dalam proses adaptasi pada lingkungan dan aktivitas yang baru namun apabila berlebihan maka efek domino pun akan berlaku, satu persatu kegelisahan datang diiringi dengan kurangnya motivasi belajar dan berkembang mengakibatkan banyak tugas yang terbengkalai, tidak fokus di kelas bahkan menutup diri. 

Meningkatkan self-compassion adalah salah satu cara dalam menanggulangi homesick ini, hal ini dapat membantu mereduksi pikiran-pikiran negatif, ketakutan mencoba hal baru dan membantu individu untuk memikirkan kembali tentang tujuan awal kenapa memutuskan untuk melanjutkan pendidikan. Tentulah setiap pilihan akan ada risiko  di belakangnya, sebelum memilih tentulah harus ada pertimbangan yang matang dan siap menghadapi segala konsekuensi. Kuliah memanglah berat namun dibalik itu ada hikmah yang nikmat apabila bisa survive dan sampai garis finish.

Dosen pengampu: Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N. M. Pd (0881) dan Nadia Aulia Nadhiroh M. Pd (2991)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline